Seki-san, pemusik Jepang yang cinta Indonesia

Penampilan Seki-san di Tokyo / photo Junanto

Kemarin (19/3) saya diundang oleh Masaki-san, orang Jepang pemilik restoran Indonesia di Tokyo, untuk datang ke restorannya. Ia mengatakan bahwa malam itu akan ada acara “candle light dinner” yang juga menampilkan pertunjukan Seki Show, yang digawangi oleh Seki-san, seorang pemusik Jepang, instruktur musik, dan pengarang lagu yang mencintai Indonesia.

Di Jepang, Seki Show terkenal di kalangan penggemar musik etnik, karena aliran musiknya yang kerap menggabungkan unsur etnik dari berbagai daerah. Seki Show sering mengadakan pertunjukan keliling Jepang untuk menampilkan kepiawaiannya dalam memainkan berbagai instrumen tersebut.

Karena penasaran ingin melihat penampilan Seki Show, semalam saya datang ke Restoran Cabe milik Masaki-san. Saat tiba, saya melihat restoran telah penuh sesak oleh pengunjung. Beberapa orang yang datang bahkan rela berdiri di dalam restoran. Hal yang menarik adalah, hampir 99 persen yang hadir malam itu adalah orang Jepang. Hanya beberapa, termasuk saya, yang orang Indonesia.

Penampilan Seki Show malam itu luar biasa. Meski grup ini beranggotakan orang Jepang, aliran musiknya adalah kolaborasi. Mereka menggabungkan permainan gitar dengan alat-alat musik etnis Indonesia ataupun berbagai negara lainnya. Malam itu, gitar dipadu-padankan dengan permainan rindik, atau alat musik tradisional Bali. Suasana restoran Cabe malam itu, sungguh terasa bagai di persawahan Ubud, Bali.

Seki Show memang kerap bolak balik tampil di Jepang dan Indonesia. Mereka tampil dengan menggandeng seniman-seniman Bali. Seki Show pernah mempersembahkan seni kolaborasi yang memukau saat Pesta Kesenian Bali tahun 2010 lalu. Saat itu, Seki Show menggarap pertunjukan kolaborasi dengan Yayasan Seni Suar Agung pimpinan I Ketut “Pekak Jegog” Suwentra.

Sebagian besar warga Jepang yang hadir di restoran Cabe tadi malam, rata-rata pernah berkunjung ke Bali. Oleh karenanya, pertunjukan Seki Show membawa kenangan mereka akan romantisme Bali. Seki Show membawakan lagu-lagu andalan seperti “Burung” dan “Kokiriko Bushi”.

Penampilan menawan malam itu juga adalah dari bintang tamu, Michiko Nakamura. Michiko, yang juga seorang aktris Jepang, membawakan puisi tentang keindahan Bali. Sambil diiringi denting gitar, Michiko menceritakan indahnya Bali dengan segala budaya dan kesamaan unsur dengan budaya Jepang.

Michiko-san membawakan puisi Bali / photo Junanto

Para pengunjung seolah terbawa dalam kenangan indahnya masing-masing. Saya sempat berbincang dengan Yoko Kobayashi, yang hampir setiap tahun pergi ke Bali. Mendengarkan musik dari Seki Show, menurut Yoko, membawa pikirannya kembali ke pulau Bali.

Sementara itu, Yoka-san, warga Jepang yang tinggal di Sendagaya, mengatakan bahwa ia sangat mencintai Indonesia. Musik Seki Show seolah mengingatkannya pada masa-masa ia berkunjung ke Indonesia.

Acara malam itu memang bernuansa Indonesia. Masaki-san menyajikan set menu aneka makanan Indonesia yang terdiri dari ayam rujak, rendang, sate ayam, mie goreng, dan martabak. Semua disajikan dengan tatanan yang cantik dalam satu piring besar. Sambil mencicipi makanan, para pengunjung dibuai dengan suasana Bali dari Seki Show.

Dalam pertunjukan, Seki Show juga kerap mengucapkan kata-kata Indonesia seperti, “selamat malam”, “terima kasih”, “makanannya enak?”. Para pengunjung yang orang Jepang membalas dengan bahasa Indonesia yang baik.

Saat waktu istirahat, saya sempat berbincang dengan Seki-san yang ternyata menguasai bahasa Indonesia dengan sangat baik. Ia bercerita bahwa ia baru saja kembali dari Jambi. Di sana, ia melakukan studi observasi mengenai seni musik tradisional Jambi. Seki-san melakukan wawancara dan merekam berbagai alat musik tradisional Melayu Jambi, yang menurutnya sangat unik dibanding alat musik tradisional Melayu lainnya.

Seki-san mengatakan bahwa alat musik tradisional Jambi sangat layak tampil di Jepang karena kekhasannya. Ia sudah mencoba kolintang perunggu dan kayu, serdam, gendang melayu, dan cangor. Menurutnya, alat-alat musik tersebut sangat mungkin untuk dilakukan kolaborasi dengan alat musik lainnya karena ada kesamaan nada. Seki-san berencana memboyong pertunjukan seni musik Jambi ke Jepang, dan menampilkannya pada masyarakat Jepang.

Selain Jambi, Seki-san juga menjelajahi Aceh, Lhokseumawe, dan Takengon untuk melihat keindahan alam dan mempelajari budaya setempat.

Semangat Masaki-san, Seki-san, dan banyak orang Jepang di restoran Cabe tadi malam cukup membanggakan sekaligus mengharukan. Mereka tampil dengan semangat tinggi menunjukkan kecintaan pada Indonesia, tanpa meminta dukungan pemerintah ataupun masyarakat Indonesia yang ada di Jepang.

Mereka menyajikan makanan dan memainkan musik, semata-mata karena kecintaan pada Indonesia. Para pengunjung yang hadir juga ingin membangun kenangan pada keindahan dan keramahan orang Indonesia. Hal itu membuat pertunjukan malam tadi berlangsung dengan penuh kehangatan dan keakraban.

Salam dari Tokyo.

Bersama Seki-san
Bersama Michiko-san

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *