Saya semula berpikir bahwa semua sushi bentuknya sama, yaitu berbentuk sekepal nasi dengan irisan ikan di atasnya. Bentuk sushi seperti itu adalah yang paling populer di Jepang, atau biasa disebut nigiri sushi. Tentu ada beberapa bentuk sushi lagi, seperti sushi roll (maki sushi), sushi dalam bentuk cone dari rumput laut (temaki sushi), dan chirashi sushi (irisan ikan mentah yang diletakkan di atas semangkuk nasi).
Tapi di Iwakuni, saya terkejut saat menemukan bahwa ada lagi bentuk sushi yang berbeda. Mereka menyebutnya Iwakuni Sushi. Iwakuni adalah satu desa kecil yang terletak dekat Hiroshima, Jepang. Desa itu, meski kecil, terkenal dengan kuil samurai, ular putih, tempat onsen, jembatan kintai yang berusia ratusan tahun, dan satu lagi, sushi kotak.
Hah? Sushi kotak? Betul. Sushi di Iwakuni bentuknya bukan nasi sekepal, tapi kotak. Ukurannya juga bukan sekepal, tapi bisa sepiring besar. Bahkan, saat menyiapkan, sushi Iwakuni dimensinya seperti kotak boks ukuran besar.
Inilah: Sushi raksasa.
Saat saya mampir ke salah satu warung di Iwakuni, saya memesan seporsi sushi. Datanglah sushi Iwakuni. Betul-betul tidak mirip sushi, karena tidak ada ikan mentahnya, tidak ada nori atau rumput laut. Kalau dilihat-lihat ini mirip lasagna tapi dari nasi. Di atas nasi itu diletakkan aneka sayuran dan telur. Lalu sepotong bunga lotus rebus sebagai pemanis, yang tentu juga lezat.
Tekstur Iwakuni Sushi ini lebih mirip sandwich ketimbang sushi. Kalau dilihat di dapurnya, sushi Iwakuni terdiri dari nasi dibuat berlapis-lapis, dan masing-masing lapisan diisi telur dan sayur-sayuran. Gaya penyajian sushi seperti ini dikenal dengan nama “oshi sushi” dan bisa ditemukan di beberapa tempat di Jepang, selain Iwakuni. Namun, sushi Iwakuni ini yang paling terkenal.
Konon ceritanya dulu, ia dibuat besar karena digunakan sebagai makanan para samurai menjelang pertempuran. Legenda mengatakan sushi jenis ini diciptakan sekitar 400 tahun lalu. Meski besar, irisan sushi Iwakuni dibuat portable, walau tetap lebih besar dibandingkan sushi pada umumnya. Sushi ini dulu menjadi favorit para samurai.
Bagaimana rasanya? Hmmmm, jangan berpikir rasanya mirip sushi. Saya merasakan tekstur yang lain dari sushi Iwakuni ini. Nasinya lembut, sayurannya terasa, dan telurnya subtil, lezat. Walau demikian, rasanya masih aneh kalau menyebut makanan ini dengan sushi kan.
Untuk meyakinkan, saya tanya pada pemilik warung, apakah nama makanan ini? Dia mengatakan, “Sushi! … Sushi!” … Ya, bagi penduduk Iwakuni, inilah Sushi.
Salam sushi Iwakuni.