Bertemu Kawan Instagram di Amerika

Meet Cale, new friend from instagram, in Washington DC
Meet Cale, new friend from instagram, in Washington DC

Saya masih suka amazed dengan yg namanya social media. Beberapa kali saya merasakan bagaimana dari social media bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak kawan baru. Saya berkenalan dengan mbak Trinity Traveler melalui media twitter. Saat itu ia sedang di Tokyo, kita lalu berjumpa, bahkan Trinity sempat mampir satu malam di rumah kami. Setelah itu kita jadi berteman. Penerbitan tulisan saya di beberapa majalah, bahkan hingga penerbitan buku saya, tak lepas dari jasa Trinity. Awalnya, hanya social media.

Banyak lagi teman-teman yang saya kenal dari social media. Dari facebook saya banyak berkenalan dengan kawan, baik di Indonesia maupun di luar negri. Perkenalan itu menurut saya lebih banyak positif dan konstruktifnya. Kita menambah silaturahmi, memperpanjang jaringan pertemanan, hingga tentunya saling memberi manfaat dan ilmu pengetahuan. Di blog Kompasiana, saya merasakan persahabatan yang luar biasa. Awalnya kami hanya mengenal dari komentar ataupun tulisan di blog. Namun admin Kompasiana sangat aktif mengadakan kopi darat. Kita lalu jadi saling mengenal, dan terus berhubungan akrab hingga sekarang.

Menambah kawan adalah sebuah hal menyenangkan. Dan beberapa waktu lalu, saya merasakan lagi pengalaman yang tak terlupakan. Kali ini dari social media Instagram milik saya. Sejak “brand” Flying Traveler disematkan di instagram saya, para penggemar foto levitasi banyak yang menjadi kawan saya di instagram. Mereka berasal dari berbagai negara, mulai dari Amerika Latin, Eropa, Asia, bahkan sebagian besar dari Amerika Serikat.

Oleh karena itu, saat mampir ke Washington DC beberapa waktu lalu, saya memposting beberapa foto levitasi di sana. Caption yang saya buat adalah memberi salam pada kawan di AS, bahwa saya sedang mampir di sana.

Selang beberapa saat, saya menerima satu message dari seorang kawan instagram yang berasal dari Texas. Katanya, ia juga sedang berada di Washington DC. Ia sudah lama menjadi follower di instagram saya dan mengikuti perjalanan levitasi saya di berbagai tempat. Cale Yarborough, namanya, mengajak saya untuk bertemu muka. Pertama, ia ingin bertemu dan berfoto bersama. Kedua, ia ingin minta diajari caranya melakukan levitasi. Nah, ini yang menarik.

Banyak orang di Amerika masih melihat levitasi sebagai sebuah trik atau foto dengan menggunakan aplikasi. Ada banyak memang aplikasi yang membuat seolah seseorang terbang. Padahal, saya tidak pernah menggunakan semuanya itu. Levitasi saya adalah levitasi murni, yang terbang tanpa menggunakan alat.

Akhirnya, pagi hari itu, kami bertemu. Cale menjemput saya di lobby hotel. Saat bertemu, kita bersalaman dengan hangat. Cale orangnya ramah dan terbuka. Ia juga hangat tipikal Amerika, menceritakan tentang hidup dan keluarganya di Texas. Ia tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Usai bicara, kamipun berfoto bersama, dan tentu saja, levitasi bareng. Cale sangat cepat belajar, dan dalam satu dua kali take foto, ia sudah berhasil melakukan levitasi dengan sempurna.

Cale sangat senang mengetahui cara melakukan levitasi. Ternyata begitu sederhana dan mudah dilakukan. Tentunya tanpa menggunakan aplikasi apa-apa. Informasi ini kemudian disebut Cale di Instagramnya. Yang menarik, saat ada satu komen dari instagrammer mengenai foto levitasi saya, yang katanya menggunakan app (ia berkomentar, “This is app, levitagram), Cale malah berkomentar membela. Ia menulis “I was with him yesterday and saw it for myself. Definitely not an app!”. Hmm, menarik ya, mendapat pembelaan langsung dari kawan di Amerika. Terima kasih Cale.

Levitasi Bareng di Washington DC
Levitasi Bareng di Washington DC

Pengalaman bertemu Cale di Amerika adalah sebuah kejadian yang menarik dan tak terlupakan. Dari dua orang belum kenal (kecuali saling nge-like foto insta), yang terpisah ribuan kilometer, sekarang kita malah jadi temenan bener dan bisa bertatap muka. Kita saling bertukar cerita, kartu nama, dan informasi hangat lainnya. “If you come to Texas, let me know”, katanya.

Inti dari cerita saya adalah, inilah era netizen, era tanpa batas waktu dan tempat. Social Media memiliki banyak kelebihan dan keuntungan, tentu bila dimanfaatkan secara bijaksana. Di sana, kita bisa menambah kawan dan persahabatan. Seperti kata Nabi, silaturahmi menambah rejeki. Dan silaturahmi di era netizen ini, bergerak melampaui ruang dan waktu.

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *