Merayakan Valentine di Jepang

Valentine / ilustrasi shutterstock

Hari Valentine atau Kasih Sayang di Jepang dirayakan secara unik. Kalau biasanya, pria yang memberikan coklat pada wanita, praktik di Jepang justru kebalikannya. Saat Valentine, wanita Jepang yang memberi coklat pada pria. Coklat tersebut dinamakan “giri chocolate”, atau “coklat wajib”. Coklat tersebut diberikan sebagai ungkapan terima kasih atas persahabatan, pertemanan, ataupun hubungan kerja yang baik. Giri Coklat biasanya diberikan pada sahabat, saudara, ayah, maupun rekan kerja yang pria.

Bagi masyarakat Jepang, Valentine menjadi sebuah tradisi untuk mengungkapkan kasih sayang pada sesama. Di berbagai restoran, tampak ada pegawai yang membagi-bagi “gift” kepada pelanggan pria yang daang sebagai penanda hari Kasih Sayang. Budaya Jepang memang mampu menyerap tradisi asing sekaligus menjadikannya “Jepang”. Itulah yang menjadikan perayaan Valentine di Jepang ini berbeda dengan di belahan bumi lainnya.

Para pria di Jepang memang dimanjakan di hari Valentine. Mereka bisa berlimpah pemberian coklat dalam satu  hari. Namun, pemberian itu tidak gratis loh, karena satu bulan kemudian, yaitu pada tanggal 14 Maret, giliran para pria yang wajib membalas pemberian tadi. Orang Jepang menamakan hari tersebut dengan nama “White Day”. Pada hari itu, para pria giliran memberikan hadiah bagi wanita. Dan umumnya hadiah tersebut harus lebih baik atau lebih mahal dari yang diterima saat Valentine.

Bagi perekonomian Jepang yang melesu, Valentine dan hari-hari perayaan lainnya, diharapkan dapat memiliki dampak positif. Penjualan ritel di Jepang memang lesu karena resesi yang berkepanjangan. Dalam 10 bulan terakhir ini saja, penjualan ritel di Jepang telah anjlok 2 persen. Resesi memang menjadikan masyarakat Jepang enggan melakukan konsumsi. Tingkat konsumsi tahun 2010 amblas mencapai 3,3 persen. Tak heran kalau pertumbuhan ekonomi Jepang di triwulan IV-2010 hanya mencapai 1,1 persen. Dengan perekonomian yang terus melesu, posisi Jepang telah disusul oleh Cina pada tahun 2010 lalu.

Terlepas dari kontroversi maupun kisah di balik perayaan Valentine, bagi perekonomian Jepang, Valentine adalah sebuah berkah. Menurut data di beberapa supermarket di Jepang, penjualan coklat di hari Valentine menyumbang sekitar 20 persen dari penjualan coklat dalam setahun. Penjualan coklat di Jepang saat Valentine melonjak dari 27 miliar Yen di tahun 2000, menjadi 37 miliar Yen di tahun 2010. Jepang juga masuk ke dalam 20 besar pengkonsumsi coklat besar dunia. Kenaikan penjualan ini juga mampu mengerek ke atas pasar saham di Jepang, khususnya saham industri coklat.

 

Adanya “White Day” sebagai saatnya membalas cinta kasih di “Valentine Day”, juga menjadi efek berantai bagi penjualan coklat di Jepang. Konsumsi coklat diharapkan meningkat di kedua hari tersebut. Valentine Day, hari raya keagamaan, ataupun hari nasional, selain memiliki makna spiritual dan perenungan, pada ujungnya tak bisa dilepaskan pada kepentingan industri untuk menggerakkan ekonomi.

Dan saat Valentine kemarin, saya mencoba menghitung “giri choco” pemberian rekan-rekan kerja. Rasanya manis, semanis persahabatan yang diberikan. Dan saatnya nanti, pada bulan Maret, giliran saya yang harus membalas berbagai coklat pemberian ini. Salam Kasih Sayang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *