“Kalau mampir ke Kyoto, cobalah Hati-Hati”, demikian pesan seorang kawan saat saya bertanya tentang restoran Indonesia di Kyoto. Saya pikir ia berpesan pada saya untuk berhati-hati, tapi ternyata, itu adalah nama sebuah restoran Indonesia yang terletak di daerah Kiyamachi, pusat kota Kyoto.
Dalam kunjungan ke kota Kyoto beberapa waktu lalu, saya memang menyempatkan diri untuk mampir ke restoran Indonesia. Selain sebagai obat rindu kampung halaman, restoran Indonesia di negeri orang bagi saya bukan sekedar tempat makan. Restoran atau warung Indonesia adalah duta bangsa yang sejati, karena melalui merekalah Indonesia bisa diterima dengan hati terbuka oleh orang asing. Makanan tidak memiliki banyak pretensi, orang bisa makan jenis masakan suatu negara terlepas dari ideologi atau politik.
Dan Hati-Hati adalah sebuah ikon bagi restoran Indonesia di Kyoto. Di Jepang, banyak terdapat restoran Indonesia. Namun umumnya restoran itu dimiliki oleh orang Jepang. Tak banyak resto Indonesia di Jepang yang dimiliki oleh orang Indonesia. Hati-hati adalah salah satunya.
Adalah Teddy Fahmi, sang pemilik restoran, yang telah membuka restoran ini sejak 15 tahun lalu. Pria asli Sumatera Barat ini sengaja memilih nama Hati-Hati karena mudah dilafalkan oleh lidah orang Jepang. Memang betul kata Teddy, orang Jepang sangat mudah melafalkan kalimat yang diulang-ulang, seperti “cumi-cumi”, “pura-pura”, “mata-mata” dsb. Dengan demikian, nama Hati-hati mudah diingat dalam benak mereka.
Restoran Hati-Hati memiliki interior mirip dengan sebuah klub atau bar. Penyinaran yang temaram di berbagai sudut, serta interiornya yang bernuansa etnis Indonesia, menjadikan tempat ini cozy untuk menghabiskan waktu sambil mencicipi hidangan tanah air. Restoran ini menempati ruang basement sebuah gedung di tengah kota Kyoto. Lokasinya yang berada di sekitar keramaian sangat strategis dan mudah ditemukan.
Menurut Teddy, penggemar makanan Indonesia di Jepang cukup banyak. Bukan hanya warga Indonesia, melainkan justru orang-orang Jepang. Ia memiliki pelanggan tetap yang sebagian di antaranya adalah orang Jepang. Untuk menghidupkan suasana, Teddy sering mengadakan pertunjukan Live Show di restorannya. Di akhir pekan, Hati-Hati kerap diubah menjadi bar dan tempat pertunjukan musik.
Menu jagoan restoran ini adalah rendang. Maklum, karena sang pemilik adlaah asli orang Minang. Saat saya mencicipi rendangnya, rasanya sungguh otentik. Banyak restoran Indonesia di Jepang yang menyajikan rendang, tapi memang tidak semua rendang memiliki rasa se-otentik Hati-Hati.
Selain rendang, nasi campur Hati-Hati juga menawarkan otentisitas Indonesia. Rekan-rekan Jepang yang diajak mencicipi makanan ini umumnya menyatakan kepuasannya. Tempe, tahu, ayam goreng, dan lalapannya terasa segar ditemani oleh sambal yang lumayan pedas. Mirip dengan nasi campur di Indonesia.
Untuk makanan pembuka, gado-gado yang disajikan juga segar. Orang Jepang sangat suka dengan gado-gado. Mereka menyebutnya Salada Indonesia. Yang unik dari Gado-gado bagi mereka adalah dressing-nya yang berupa saus kacang. Hal serupa juga berlaku pada sate ayam yang disajikan. Bumbu kacang di sate ayam membedakan sate Indonesia dengan yakitori (sate Jepang) yang minim bumbu.
Selain Hati-Hati, di kota Kyoto sebenarnya ada beberapa restoran Indonesia juga. Salah satunya adalah “Cita-Cita”. Restoran tersebut dimiliki oleh adik dari Teddy. Usia kedua restoran juga sudah cukup lama di Kyoto.
Kyoto adalah kota budaya bagi Jepang. Dahulu, Kyoto adalah ibukota Jepang sebelum pindah ke Tokyo. Oleh karenanya, di kota ini, nuansa Jepang tempo dulu sangat terasa. Aneka jajanan dan makanan khas Jepang sudah tentu banyak terdapat di Kyoto.
Namun tak ada salahnya kalau saat mengunjungi Kyoto, kita menyempatkan diri untuk mampir ke warung-warung Indonesia yang ada di sana. Bukan sekedar mencicipi makanan saja, namun juga sebagai bentuk keicntaan dan dukungan kita pada diplomasi kuliner yang dilakukan oleh anak-anak bangsa di luar negeri.
Selamat makan rendang. Salam Hati-Hati dari Kyoto.
wah gado-gado disebut indonesian salad ya hehehe…
salad bumbu kacang yummy, gak kalah sama salad a la barat ya mas jun 😀
#lol 😀 aku mau bertanya. Apakah lancar berbahasa jepang merupakan persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin bekerja di jepang?
waow artikelnya sangat bermanfaat dan berguna