Mengunjungi kota Paris serasa belum lengkap kalau belum mencicipi pattiserie-nya. Selain terkenal sebagai City of Love dan City of Light, Paris juga menjadi kiblat bagi dunia kuliner. Saat berkunjung ke Paris, saya selalu menyempatkan waktu untuk mencicipi kue di berbagai kafe yang tersebar di setiap sudut kota. Dijamin rasanya jauh lebih enak dari kue serupa yang dibuat di luar Perancis.
Ada satu kue juga yang wajib dicicipi kalau ke Paris, yaitu kue Macaron. Bagi para pecinta kue macaron, rasanya belum sempurna kalau belum mencicipi kue ini langsung di tempat kelahirannya. Bersama keluarga, dan juga sepupu bersama suami dan anak2nya yang datang dari Jerman, saya menyempatkan diri untuk mencicipi aneka kue macaron di toko kue yang terkenal di Paris, Laduree.
Adalah Louis Ernest Laduree yg pada tahun 1862 mendirikan toko kue di kota Paris. Awalnya, kue macaron belum berbentuk seperti sekarang, melainkan dua keping yang terpisah dan dibawa oleh ratu Catherine de Medicci dari Italia di abad ke-16. Saat itu biskuit macaron menjadi kesukaan orang Perancis.
Nah barulah pada tahun 1930, bersama cucunya, Pierre Desfontaines, Laduree menciptakan utk pertama kalinya “double decker macaron”, yaitu dua keping macaron yang dilekatkan dengan cream ganache sbg “filling”-nya. Macaron itulah yg kemudian terkenal hingga sekarang. Laduree kemudian berkembang dan membuka cabang di berbagai negara, menebarkan budaya macaron, yang juga banyak ditiru orang.
Laduree mungkin sudah banyak membuka cabang, di berbagai kota dan negara. Namun, toko di Champ-Elysees Paris adalah sebuah legenda karena konon di sinilah macaron diciptakan. Di kios inilah, saya mampir sebentar untuk mencicipi “authentic” macaron. Saat saya tiba di depan Laduree, antrian panjang sudah terlihat. Orang-orang rela mengantri berjam-jam hanya demi mencicipi kue, pastry, atau macaron yang dibuat di toko ini. Panjangnya antrian itu menunjukkan bahwa toko itu bukan sekedar menjual macaron. Di balik macaron Laduree, ada sejarah, kisah, dan perjalanan panjang, yang tentunya menyisakan sesap kelembutan dan rasa manis tak terlupakan.
Setelah mengantri beberapa waktu, saya tiba di jejeran kue dan macaron. Sungguh bagai surga macaron. Saya melihat jejeran kue dan macaron, dengan aneka rasa dan warna. Begitu indah. Aroma harum dan wangi dari aneka kue itu, meruap dalam semesta toko yang bentuknya tidak terlalu besar. Meski kita dalam antrian, semua orang bagai terbius oleh keindahan kue-kue. Kita menghirup aroma wangi kue, dan mabuk di dalamnya.
Satu set macaron, isi sembilan dihargai sekitar 21 Euro, atau sekitar Rp.350 ribu. Harga yang pantas untuk sebuah sejarah panjang. Apalagi ini macaron yang diciptakan pertama kali di dunia. Nah, lagi2 Perancis memberi renungan, bahwa kue itu bukan perkara remeh temeh loh. Asal dikelola serius, apa saja bisa jadi kekuatan ekonomi nasional, termasuk sekeping macaron.