![](http://junantoherdiawan.com/wp-content/uploads/2018/11/6A7E0AE1-0475-4994-8705-815DBCA36F4B-225x300.jpeg)
Kalau kita bertanya pada sebagian besar warga Praha, di mana tempat yang paling tepat bagi komunisme saat ini. Jawabannya adalah: Di Museum. Ya, masa ideologi komunisme sebagai sebuah sistem politik dan bernegara kini memang sudah usai. Hanya beberapa negara yang masih menganut ideologi tersebut, itupun sudah tidak sepenuhnya murni lagi. Komunisme memang menyimpan banyak cerita dan kepedihan, termasuk sejarah kelam di negara kita yang berujung pada peristiwa pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965. Oleh sebab itu, saat berkunjung ke kota Praha di Republik Ceko beberapa waktu lalu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi sebuah museum yang bercerita tentang Cekoslowakia,negeri yang kini terbagi dua menjadi Republik Ceko dan Slovakia,saat berada pada rezim komunisme, dari tahun 1948 hingga 1989. Tentunya museum ini menarik perhatian saya karena selama lebih dari 40 tahun, saat mendengar nama Cekoslowakia, yang terbayang adalah sebuah rezim totaliter yang tertutup dan angker. Apa yang sebenarnya terjadi pada era komunisme di Cekoslowakia? Museum ini mencoba menjawab segala keingintahuan tersebut.
Museum Komunisme terletak di wilayah Old Town Prague, atau wilayah Kota Tua Praha, tepatnya di V Celnici 4. Untuk dapat masuk ke museum tersebut, kita harus membayar sebesar 250 Krona atau sekitar Rp. 165.000 (ya, museum di kota Praha ini hampir semuanya harus membayar kalau mau masuk). Tapi bagi pecinta sejarah, museum ini pantas dan layak dikunjungi. Kita tidak akan menemukan suasana yang mengunggulkan komunisme, ataupun tendensi menganggap era tersebut sudah berlalu dan termaafkan. Museum ini menampilkan suasana kehidupan sebenarnya dari orang Cekoslowakia di bawah rezim komunisme. Kehidupan yang kalau dilihat kerapkali penuh dengan bahaya, kengerian, kemuraman, dan hampir di setiap cerita, tidak masuk akal. Dari sana, museum ini memberikan kebebasan pada kita untuk menyimpulkan sendiri, seperti apa komunisme bila berkuasa.
Saya sendiri memiliki keingintahuan yang besar akan museum ini karena keterkaitan cerita dengan peristiwa tahun 1965 di negeri kita. Memasuki pintu depan museum, kita disambut oleh patung besar Karl Marx, lalu berbagai potret dan patung dari Lenin dan Stalin. Merekalah tokoh yang kemudian dikenal sebagai penggagas aliran Marxisme Leninisme yang kemudian menjadi ideologi di negara-negara komunis. Museum ini menceritakan bagaimana ideologi komunisme tumbuh di Cekoslowakia sejak perang dunia II. Saat itu, tentara merah memang datang membebaskan Ceko dari cengkeraman Nazi. Sejak itulah, Uni Soviet seolah menjadi panutan dan idola bagi masyarakat Cekoslowakia.
Sepanjang tata pamer di museum ini kita dipertunjukkan bagian-bagian sejarah, dari film-film asli, foto-foto arsip, slideshow proyektor, berbagai interview atau wawancara pelaku sejarah, survivor dari penyiksaan maupun yang berhasil lari menyeberangi perbatasan untuk mencari kehidupan bebas di luar, karya seni, yang kesemuanya menunjukkan dari berbagai sudut pandang kondisi kehidupan para era komunisme di Cekoslowakia.
Rezim komunisme juga diperlihatkan sebagai rezim yang mengontrol seluruh kehidupan masyarakat, dari politik, olah raga, ekonomi, seni, pengadilan, pendidikan, dan keseharian yang berdampak pada jutaan manusia sepanjang generasi. Ada upaya membangun keunggulan melalui olah raga. Apapun harus dilakukan untuk menunjukkan bahwa negara komunis lebih jaya di olah raga, termasuk menggunakan doping sekalipun. Pokoknya, menang lawan Barat. Perlahan kita melihat bagaimana brutal dan inefisiensinya rezim komunisme yang selama ini ditutupi, karena saat itu semua media dikuasai dengan komunikasi propaganda yang masif. Propaganda yang ditiupkan saat itu sederhana, semua yang ada di barat itu buruk, dan semua yang ada dalam dunia komunis itu bagus. Menanamkan ideologi dan propaganda ini sangat efektif dilakukan di sekolah-sekolah. Ada satu tata pamer dan diorama yang menunjukkan bagaimana sekolah dan kurikulum dibentuk pada saat itu. Semua anak sekolah dilarang berbahasa Inggris dan ditanamkan ideologi bahwa Marxisme Leninisme adalah yang terbaik. Bahkan setiap mahasiswa yang ingin bekerja di pemerintahan, wajib mendapatkan sertifikat kelulusan ideologi Marxisme Leninisme, sebagai syarat masuk dan kenaikan pangkat.
Museum ini juga menampilkan replika ruang interogasi polisi untuk digunakan pada lawan-lawan politik, ataupun siapa saja yang menentang komunisme. Ada juga foto dan film yang menggambarkan pembunuhan ribuan orang di kamp-kamp kerja paksa. Para pekerja tersebut, di era komunisme, digolongkan dalam kelompok manusia yang bisa dienyahkan setiap saat. Jadi kalaupun sakit dan harus meninggal saat kerja paksa, tidak menjadi masalah besar saat itu.
Ujung dari Museum ini menunjukkan era-era keruntuhan komunisme di Cekoslowakia. Saat tembok Berlin runtuh, semangat meruntuhkan komunisme di Cekoslowakia mendapat angin segar dan dukungan. Revolusi Velvet di tahun 1989 mengubah wajah Ceko. Adalah Vaclav Havel, tokoh pejuang pembebasan Ceko, yang kemudian menjadi Presiden Pertama Republik Ceko pascakomunisme. Sejak 1989 itulah, komunisme runtuh dan kapitalisme masuk ke Ceko. Cekoslowakia pun terbagi dua.
Usai dari museum, saya berjalan kaki di seputaran kota tua Praha. Melewati jalanan berbatu kuno, memandang gedung-gedung berarsitektur art nouveau dan gaya baroque, yang tentunya menjadi saksi bisu gejolak dan kehidupan berbagai zaman, sejak perang masa Bohemia, Perang Dunia, hingga rezim komunisme. Kini, saya memandang di kiri kanan muncul beragam restoran dan warung yang ramai, menyenangkan, dari McDonalds, Starbuck, Hard Rock Cafe, Burger King, dan banyak lagi. Usai sudah masa komunisme, masuklah kapitalisme. Pertumbuhan ekonomi mungkin bergerak maju. Tapi, apakah pekerjaan-pekerjaan rumah sudah seluruhnya terselesaikan? Nampaknya para ekonom dan politisi masih harus berjuang lagi. Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adalah masalah yang kini dihadapi banyak negara, termasuk Ceko. Mari kita diskusikan hal ini bersama sambil menghirup secangkir kopi di Starbucks, sesekali menjawab chat di iPhone, dan tentunya mengenakan celana jeans Levis dan sepatu merek Nike. Hidup memang tak mudah dan mengandung berbagai komplikasi, apalagi kalau sudah terkait sistem ekonomi dan politik. Tapi Museum Komunisme Praha memberi kita banyak pelajaran. Kalian mau mampir Praha? Sempatkan main ke sana. Salam Damai.