Kutna Hora dan Misteri Gereja Tengkorak

Tumpukan Tengkorak di Sedlec Ossuary / photo JH

“Kutna Hora!”, begitu ujar Yoan, seorang kawan, saat kita berkunjung ke Praha bulan November 2018 lalu. “Apa itu?”, tanya saya ingin tahu. Yoan menjelaskan kalau dia baru saja browsing tentang tempat yang layak dikunjungi di luar kota Praha. Kita memang punya rencana untuk traveling ke luar kota Praha, untuk melihat kota selain ibu kota Ceko tersebut. Tentunya rencana tersebut melihat pada keterbatasan waktu yang kita miliki di Praha. Pada hari terakhir kami berada di Praha, ada keluangan waktu dari pagi hingga sore, sebelum kami harus menghadiri acara puncak kegiatan di malam hari. Kami memutuskan untuk memanfaatkan waktu beberapa jam di siang hari bepergian keluar kota Praha. Awalnya saya ingin mengunjungi Cesky Krumlov, sebuah kota cantik yang terpilih sebagai salah satu UNESCO Heritage Site. Namun jarak dari Praha ke Cesky Krumlov sekitar 3 jam sekali jalan menggunakan kereta api. Waktunya tidak mengejar.

Di situlah Yoan menyebut nama Kutna Hora. Saya sendiri baru pertama kali mendengar nama kota itu. Menurut Google, kota ini adalah juga UNESCO Heritage Site. Jaraknya hanya 1 jam perjalanan kereta. Jadi sangat do-able untuk dikunjungi pagi dan kembali di sore hari. Pertanyaannya, ada apa di Kutna Hora? Kitapun menemukan satu tempat yang “ngeri-ngeri sedap” untuk dikunjungi. Bukan Disneyland atau semacamnya. Bukan juga kastil atau sekedar bangunan Abad Pertengahan. Tapi ini seru: Gereja Tengkorak. Weeeits, tengkorak? Ya betul, tengkorak asli manusia. Hiiiiii …  saat itulah kita memutuskan pergi ke Kutna Hora. Saya, istri, dan Yoan, berangkat dari Praha pukul 07.30 pagi, dengan harapan bisa kembali ke Praha sebelum pukul 17.00.

Perjalanan ke Kutna Hora dari Praha dapat dilakukan menggunakan kereta api. Namun untuk yang pertama kali seperti kita, yang hanya bermodalkan google dan tripadvisor, perjalanan ke Kutna Hora diwarnai sedikit ketegangan. Pertama, perkara Bahasa. Nyaris tidak banyak orang dapat berbahasa Inggris di Ceko. Kedua, suasana Eropa Timur yang “kurang bersahabat” pada pendatang. Mungkin saya salah, tapi bagi kalian yang pertama kali ke sana pasti bisa merasakan hal tersebut. Dan betul juga, perjalanan naik kereta api ke Kutna Hora dipenuhi berbagai drama, mulai dari mencari platform kereta, kereta yang mendadak berhenti di tengah perkebunan entah di mana, hingga kebingungan lokasi pemberhentian. Namun akhirnya, kita sampai ke stasiun Kutna Hora.

Dari stasiun Kutna Hora, kita langsung menuju Gereja Tengkorak. Dalam Bahasa Ceko, gereja ini dikenal dengan nama Kostnice v Sedlci atau Sedlec Ossuary. Dari stasiun kereta Kutna Hora, jarak ke Sedlec Ossuary tidak terlalu jauh. Namun dalam cuaca November yang menggigit, pilihan naik shuttle bus lebih bijaksana. Bis tersebut disediakan untuk  mengantar wisatawan dari Stasiun Kutna Hora ke pusat kota. Gereja Tengkorak berada di tengah perjalanan, oleh karenanya kita harus berhenti di pemberhentian pertama.

Memasuki area Gereja Tengkorak, bulu kuduk saya langsung merinding. Halaman depannya dipenuhi oleh pemakaman. Deretan kuburan dengan nisan besar berjejer menambah suasana mencekam. Ditambah lagi, di bulan November memang sedang sepi turis. Praktis hanya kami bertiga dan segelintir orang yang mendatangi Gereja Tengkorak pagi itu.

Apa sih Gereja Tengkorak ini? Kalau dilihat dari luar, tak ada yang istimewa dari gereja ini. Bangunannya terlihat seperti kapel kecil biasa bernuansa abad pertengahan. Mungkin kita akan berpikir ini hanya gereja biasa. Tapi begitu kita memasuki pintu depan gereja tersebut, barulah kita menyadari bahwa ini bukan gereja biasa, karena begitu kita masuk, ke manapun mata memandang, kita akan melihat …… TENGKORAK !

Bersama istri dan Yoan di Sedlec Ossuary, November 2018

Ya, secara literal Gereja Tengkorak memang didekorasi penuh dengan tengkorak manusia. Ada sekitar 60.000 tengkorak manusia yang digunakan untuk menghias setiap sudut Gereja ini. Saya terhenyak memandang puluhan ribu tulang belulang manusia dipajang dalam berbagai bentuk dekorasi. Awalnya bulu kuduk merinding. Suasana lembab, pencahayaan yang minimal, dan hembusan angin membawa aroma kematian, membuat kita tercekat. Namun dalam keheningan dan waktu, kita merasakan juga adanya kedamaian di dalam gereja tersebut.

Bagaimana ceritanya bisa ada puluhan ribu tengkorak manusia di sana? Konon menurut sejarahnya, pada Abad ke-13, seorang pendeta di daerah tersebut (Abbot Henry namanya) berziarah ke Yerusalem. Sepulang dari sana, ia membawa segenggam Tanah Yerusalem yang diyakini suci. Tanah itu kemudian ditebar di sekeliling pemakaman Sedlec. Berita itu kemudian menyebar dari mulut ke mulut. Pemakaman Sedlec kemudian menjadi kuburan yang paling diminati oleh orang-orang di seluruh Kerajaan Bohemia dan sekitarnya. Mereka meyakini bahwa bila dimakamkan di Sedlec, arwahnya akan damai dan masuk syurga bersama Tuhan. Bertahun-tahun kemudian, jumlah orang yang dimakamkan melonjak drastis mencapai lebih dari 30.000, hingga pemakaman kehabisan lahan. Ditambah lagi dengan terjadinya wabah “Black Death”, jumlah kuburan meningkat terus.

Pada tahun 1870, seorang perajin dan pemahat, bernama Frantisek Rint dipekerjakan oleh pihak Gereja dan masyarakat Kostnice untuk menyusun tulang belulang manusia di pemakaman tersebut untuk menjadi hiasan artistik Gereja. Rint kemudian membuat berbagai macam rancangan dari tulang belulang manusia. Kalau kita masuk ke dalam, akan terlihat chandelier yang disusun dari tulang, ada perisai besar lambang keluarga Schanzerberger yang berpengaruh saat itu,  ada pajangan, mimbar, bahkan sekedar tengkorak kepala manusia yang disusun bertumpuk-tumpuk.

Sayapun mengajak penjaga gereja tersebut, dua anak muda mudi Kutna Hora, untuk berbincang-bincang mengeksplorasi lebih lanjut pemandangan yang baru saya lihat. Menurut mereka, pada Abad Pertengahan masyarakat masih menganggap wajar penggunaan tengkorak manusia sebagai hiasan ataupun monumen. Kostnice Sedlec bukan satu-satunya gereja tengkorak di wilayah Eropa. Barulah kemudian ada aturan yang melarang penggunaan tengkorak sebagai hiasan.

Dua muda mudi Kutna Hora penjaga Gereja tersebut kemudian mengatakan bahwa ide menjadikan tengkorak sebagai hiasan sebenarnya bukanlah sebuah ide buruk. Ia justru banyak belajar dan merenungkan makna kematian setiap berada di sana. Dengan melihat susunan tulang belulang di situ, ia menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Apapun dan siapapun kita, pasti akan jadi tengkorak juga. Oleh karenanya kita harus selalu berbuat baik dan meninggalkan kebaikan selama tinggal di dunia. Cukup bijaksana, dan tentunya saya sependapat. Di dalam Kostnice Seldek saya diajak menziarahi kehidupan yang fana ini. Mengingat betapa manusia itu pasti mati.

Sebelum meninggalkan lokasi, saya iseng lagi bertanya, “apakah selama menjaga gereja ini ga pernah mengalami gangguan-gangguan atau hal-hal menakutkan?” ….. Jawaban mereka sederhana, “They are just bones, we are more afraid of humans”. Ya, mereka hanya tulang belulang, manusia hiduplah yang kadang lebih menakutkan….. Satu pelajaran lagi dari Kutna Hora. END.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *