Siang tadi (23/12), saya mengunjungi Istana Imperial, Tokyo. Istana Imperial adalah tempat Kaisar Jepang dan keluarganya tinggal. Di sana, kami bersama-sama dengan ribuan warga Jepang, datang untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun bagi Kaisar Akihito.
Tanggal 23 Desember 2011 ini, Kaisar Akihito berusia 78 tahun. Di Jepang, hari ulang tahun Kaisar adalah hari libur nasional. Dalam rangka memeringati ulang tahun kaisar tersebut, Istana Imperial, yang terletak di jantung kota Tokyo, dibuka untuk umum. Dalam setahun, Istana Imperial hanya dibuka dua kali untuk umum, yaitu saat ulang tahun Kaisar, dan tanggal 2 Januari untuk memeringati tahun baru.
Bagi generasi muda yang dibesarkan dalam pendidikan modern, Kaisar mungkin hanya dianggap mitos belaka. Namun bukan berarti bahwa peran Kaisar di Jepang kecil dan tidak signifikan. Bagi banyak orang Jepang, mitos Kaisar masih tetap hidup. Mereka masih meyakini bahwa Kaisar memiliki kharisma untuk memersatukan Jepang. Setidaknya hal itulah yang saya rasakan saat larut bersama dengan warga Jepang di Istana Imperial Tokyo tadi.
Sejak pagi hari, antrian masyarakat mulai terlihat memadati stasiun kereta api Tokyo, yang jaraknya dekat dengan Istana Imperial. Suhu Tokyo yang dingin, sekitar 3 derajat Celcius, tak menyurutkan semangat mereka untuk mengucapkan selamat pada Kaisarnya.
Menjelang memasuki Istana, penjagaan mulai terlihat ketat dan berlapis. Petugas polisi dan keamanan tampak di banyak tempat. Maklum, di hari biasa, wilayah Istana Imperial ini tertutup sehingga butuh pengawalan ekstra ketat.
Pengunjung yang membawa tas harus melewati pemeriksaan khusus. Semua tas digeledah, dan kalau membawa kamera dicek terlebih dahulu, termasuk handphone dan peralatan elektronik lainnya.
Kami kemudian diarahkan masuk melalui Sei-Mon atau pintu utama untuk langsung menuju ke kediaman Kaisar. Beberapa petugas tampak membagi-bagikan bendera Jepang dari kertas yang nanti akan dilambai-lambaikan saat Kaisar keluar dari istana dan berdiri di balkon. Meski ramai, para pengunjung sangat tertib mengantri dan tidak berdesak-desakan. Ini ciri dari masyarakat Jepang secara umum.
Saat ulang tahun, Kaisar Akihito dan keluarganya keluar dari istana dan tampil di balkon untuk menyambut pengunjung sebanyak tiga kali. Jadwal keluarnya adalah pukul 10.20, 11.00, dan 11.40. Setiap keluar, kaisar akan melambai-lambaikan tangan, lalu menyampaikan pidato bagi rakyatnya.
Saya merasakan sebuah semangat yang luar biasa dari masayrakat yang hadir pagi itu. Saat Kaisar muncul, seluruh pengunjung bersorak sorai mengibarkan bendera jepang (hinomaru) kertas, dan berteriak beramai-ramai “Tenno Haika, Banzai!” secara berulang-ulang. Kalimat itu kira-kira artinya “Long Live The Emperor” atau “Panjang Umur Kaisar”.
Mengawali pesannya tahun ini, Kaisar Akihito mengajak rakyat Jepang untuk merenung. Hal ini karena tahun 2011 adalah tahun yang berat buat Jepang. Beragam bencana, mulai dari gempa, tsunami, krisis nuklir Fukushima, banjir, topan, hujan, tanah longsor, berturut-turut menimpa Jepang. Kaisar sangat prihatin melihat anak-anak dan orang tua yang tinggal di pengungsian akibat bencana tersebut.
Tapi Kaisar menyampaikan penghargaannya pada seluruh rakyat Jepang, karena rasa kebersatuan bangsa tak tergoyahkan dengan berbagai bencana itu. Bangsa Jepang justru semakin bersatu dan bersemangat untuk bangkit dari krisis, persis seperti saat mereka hancur usai Perang Dunia ke-II dulu.
Kaisar juga menghargai keberanian rakyat Jepang di daerah gempa, rasa saling peduli, saling membantu, dan kemauan menahan diri (dengan hemat energi dan mengurangi pesta), sehingga bisa merasakan penderitaan mereka yang terkena bencana. Hal tersebut telah membangkitkan semangat para korban.
Sebagai Kaisar, Akihito bukan sekedar prihatin. Ia, bersama putri Michiko, juga turun langsung ke lapangan untuk bertemu dengan para korban bencana. Selama hampir dua bulan pascabencana Maret 2011, Kaisar setiap minggu mengunjungi para pengungsi dan membangkitkan semangat mereka. Semangat ganbaru, yang dimiliki orang Jepang, semakin bangkit dan tersulut saat Kaisar datang sendiri ke tempat bencana.
Padahal, kondisi Kaisar saat ini juga sedang garing. Ia menderita pneumonia dan beberapa kali harus dilarikan ke Rumah Sakit. Bulan lalu, ia dirawat selama 18 hari di rumah sakit. Akibatnya, Kaisar harus banyak mengurangi kegiatannya.
Siang tadi, Kaisar terlihat letih dan sakit. Dengan tenaga yang dimilikinya, ia melambaikan tangan dan berpidato. Suasana sendu saya rasakan di keramaian pengunjung. Meski banyak yang berteriak penuh semangat mendoakan Kaisar, beberapa orang tua saya lihat meneteskan air mata. Mereka terharu melihat Kaisarnya. Di mata mereka, Kaisar adalah penebar semangat. Mereka mencintai Kaisar dengan amat.
Selamat Ulang Tahun Kaisar. Banzai!