Kuliner Tibet: Mencicipi Susu Yak

Susu Yak Tibet / photo JH

Perjalanan saya ke Beijing beberapa waktu lalu sangat mengesankan. Selain sempat kopdar dengan rekan Kompasianer, yang kini bertugas di Beijing, Mas Aris Heru Utomo, saya juga diajak oleh sahabat-sahabat saya, Mbak Sophie, Mas Bambang, dan Mas Heli,  untuk mencicipi makanan Tibet.

Terus terang saya tidak punya gambaran seperti apa makanan Tibet. Tapi menurut mereka, masakan Tibet adalah salah satu menu yang wajib coba kalau mampir Beijing. Selain karena tradisi dan budaya Tibet yang unik, makanan Tibet juga merupakan gagrak menu yang berbeda dibandingkan dengan masakan Cina pada umumnya.

Tapi satu hal yang membuat saya penasaran dari sajian Tibet adalah tersedianya olahan daging dan susu Yak. Waaaaks, daging Yak? Serius nih? Mas Heli bilang, “Beneran mas. Itu loh binatang Yak yang di gunung-gunung Tibet”, katanya meyakinkan saya.

Teman-teman tahu kan apa itu binatang Yak? Saya pertama kali mengetahui binatang ini saat membaca komik Tintin yang berjudul “Tintin di Tibet”. Bentuk Yak mirip sapi, namun memiliki bulu yang lebih lebat dan tanduk yang panjang. Yak ini sebenarnya lebih dekat ke keluarga bison ketimbang sapi, karena bentuk tubuhnya yang besar.

Saya mulanya berpikir orang Tibet tidak makan daging, karena tradisi Buddha mereka yang kental. Namun ternyata, menu makanan daging cukup banyak di kuliner Tibet. Selain Yak, ada juga pilihan daging sapi, dan kambing gunung (mutton). Daging adalah sumber protein dan energi yang tentu dibutuhkan bagi masyarakat Tibet yang tinggal di pegunungan dan memiliki suhu dingin.

Marinated Yak Tongue / photo Junanto

Restoran Tibet yang kami kunjungi, lokasinya tak jauh dari kantor KBRI Beijing. Saat kita memasuki restoran tersebut, aura Tibet langsung terasa. Pemilik restoran ini memang ingin menghadirkan suasana Tibet sepenuhnya. Interior disusun seperti kita sedang berada di Tibet, mulai dari hiasan, lukisan, hingga diletakkannya tiga buah praying wheel, atau alat berdoa orang Tibet berbentuk silinder panjang yang diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Praying wheel ini biasa digunakan para pendeta Tibet untuk berdoa.

Menu jagoan di restoran itu adalah daging Yak. Ada beberapa pilihan menu daging Yak, dibumbu goreng garing, pedas, ataupun minimalis. Kami memilih menu “Marinated Yak Tongue” sebagai appetizer. Ini adalah lidah Yak yang diberi saus marinate. Hmmm rasa lidah Yak ternyata begitu lezat. Teksturnya sangat “chewable” dan lebih gurih apabila dibandingkan dengan lidah sapi.

Untuk menu makanan, kami memilih menu yang direkomendasikan oleh pelayan restoran. Kami memesan” Steam Yak Meat with Herb”. Ini adalah daging Yak rebus yang disajikan dengan bumbu sangat minimalis, hanya cabe merah, bawang putih, irisan ketimun, corriander, dan rempah minimal. Tapi justru kesederhanaan itulah yang membuatnya istimewa. Saat irisan daging Yak pertama kami cicipi, semua terpana. Masing-masing  tercenung, membayangkan rasa dari Yak yang disajikan.

Tekstur daging Yak ini lebih keras dan berserat dibandingkan dengan sapi. Mungkin lebih mirip daging rusa. Tapi bukan berarti dagingnya alot, tidak sama sekali. Aroma dan kelembutan seratnya sangat khas. Bumbu minimalis membuat rasa daging Yak tidak tercemar oleh bumbu. Keaslian rasanya mencuat dan semburat di langit-langit mulut. Dan siang itu, kita semua terpana oleh kelezatan daging Yak dari Tibet.

Usai makan daging, kita mencicipi Susu Yak. Bagi penggemar susu, ini adalah sebuah petualangan untuk mencicipi susu yang lain dari yang lain. Saya pernah mencicipi susu sapi, kambing, kerbau, kuda liar. Sayang, saat ke Arab Saudi kemarin tak sempat mencicipi susu unta. Setiap susu memiliki karakternya sendiri. Demikian pula dengan susu Yak. Aroma susunya sangat kuat, dan rasanya lebih terasa “strong” dibanding susu sapi biasa.  Lezat dan mengenang.

Di Cina sendiri, susu Yak sedang populer. Beberapa super market mulai memasarkan susu Yak dalam kemasan. Menurut China Nutrition Society, sebuah lembaga riset di bawah Kementerian Kesehatan Cina,  susu Yak sangat baik bagi tubuh karena mengandung asam amino, kalsium, dan vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.

Saya lebih suka mendengar kisah-kisah mistik dari susu Yak, mengingat susu Yak ini juga merupakan minuman para pendeta Tibet. Kebetulan di sebelah meja kami ada serombongan pendeta Tibet sedang makan siang. Saya lihat mereka semua minum susu Yak. Konon kabarnya, susu Yak ini memiliki khasiat untuk kesehatan dan panjang umur. Apalagi saya pernah dengar legenda tentang pendeta Tibet yang bisa terbang hehehe ….

Salam Susu Yak

Pose dengan Pendeta Tibet, usai minum Susu Yak bersama
Daging Yak Bumbu Minimalis / photo JH
Selamat Minum Susu Yak, besama mas AHU - Beijing
Yak Eater

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *