Konon waktu kecil dulu saya pernah punya kemampuan untuk melihat makhluk halus atau “penampakan”. Tapi untunglah kemampuan itu sudah hilang sekarang. Andaikata masih, tentu akan sangat merepotkan hidup.
Bicara soal hal ghaib, ada cerita yang menarik di Jepang. Meski Jepang terkenal sebagai negara yang super modern dengan berbagai perkembangan tekhnologinya, kepercayaan mereka pada hal yang berbau mistik ternyata masih tinggi.
Orang Jepang masih percaya pada hal-hal seperti arwah gentayangan, setan, hantu, atau dedemit. Aneka kisah Japanese Urban Legends atau film-film horror Jepang (J-horror), seperti The Grudge atau The Ring, hanyalah sebagian dari realita tersebut.
Hantu di Jepang disebut dengan istilah “yurei”. Asal katanya adalah “Yu” atau redup/tidak sempurna, dan “Rei” yang berarti Jiwa. Jadi, Yurei adalah ruh yang tidak sempurna atau bisa juga diartikan arwah gentayangan. Istilah lain yang digunakan dalam bahasa Jepang adalah “Obake” atau “Yokai”. Semuanya merujuk pada hal yang sama, yaitu ruh yang kadang muncul dan mengganggu manusia.
Masyarakat Jepang meyakini bahwa musim panas, atau sekitar bulan Agustus, adalah bulan arwah gentayangan. Hal ini karena bulan tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Obon, atau kembalinya arwah leluhur mereka ke dunia. Saat Obon itulah orang Jepang membersihkan rumah, pergi ke kuil, untuk menyambut arwah leluhur dan mengantar mereka kembali ke alamnya. Selain arwah leluhur, arwah gentayangan juga ikut muncul di hari Obon. Seorang kawan Jepang bercerita bahwa ada kepercayaan kalau seseorang mati secara tidak wajar, arwahnya akan penasaran.
Seperti di Indonesia juga, di Tokyo banyak muncul cerita-cerita seram soal penampakan. Ada cerita tentang kepala seorang samurai yang sering menghantui orang di wilayah Nihonbashi (ini mirip kisah hantu jeruk purut). Lalu ada cerita tentang “The Poison Women of Oden”. Dia adalah seorang wanita pembunuh berseri yang membunuh kekasih-kekasihnya dengan racun. Arwahnya kemudian gentayangan menghantui orang-orang.
Ada lagi kisah tentang penampakan wanita bergaun merah di jembatan Hachioji (ini persis seperti kisah Si Manis Jembatan Ancol). Dan hati-hati juga kalau melewati terowongan Sendagaya, Tokyo, di malam hari. Banyak cerita tentang wanita yang menyeberang tiba-tiba dan mengagetkan pengemudi. Kecelakaan sering terjadi di terowongan tersebut karena banyak pengemudi yang katanya melihat penampakan.
Kisah para supir taksi Tokyo lain lagi. Mereka konon sering mendapat penumpang wanita cantik di wilayah Sendagaya pada malam hari. Namun saat sampai tujuan, wajah wanita itu berubah menyeramkan, dan sekelilingnya menjadi daerah kuburan. Ngeri deh pokoknya.
Untuk membuktikan berbagai cerita urban legends itu, beberapa waktu lalu saya menyusuri salah satu daerah “angker” di Tokyo. Berjalan-jalan ke daerah “angker” tersebut bisa jadi pengalaman unik yang berbeda dengan rekomendasi tur yang ada di buku-buku travel.
Sebenarnya ada beberapa tur operator yang menawarkan paket “Haunted Tokyo Tours”, namun saya memilih untuk berjalan sendiri saja. Bagi saya, kalau jalan sendirian ke daerah angker tentu suasananya lebih mencekam, dan siapa tahu malah bisa bertemu penampakan kan hehehe.
Saya memulai perjalanan ke Kuil Zenshoan di daerah Ueno, Tokyo. Kuil ini dibangun pada tahun 1874 oleh Yamaoka Tesshu, salah seorang samurai di zaman Shogun Tokugawa. Di kuil ini jugalah Yamaoka Tesshu beserta para pengikutnya dimakamkan. Selain pemakaman, kuil Zenshoan juga terkenal dengan koleksi lukisan-lukisan hantunya. Berbagai lukisan tersebut disimpan di Galeri Yurei, yang hanya dibuka pada bulan Agustus saja.
Saat tiba di kuil Zenshoan, saya agak merinding juga. Rupanya kuil ini terletak di daerah perumahan yang sepi sekali. Saya tiba sekitar jam 4 sore dan saat itu suasana langit mendung. Suara tonggeret yang bersahut-sahutan, angin sore yang kencang, semakin menambah berdiri bulu kuduk.
Setelah memasuki kuil, saya celingak celinguk ingin bertanya di mana letak galeri lukisan. Tapi sama sekali tidak ada orang di sana. Akhirnya saya memasuki wilayah kuil dan berhenti di pekuburan luas yang terletak di belakang kuil. Makin merinding rasanya berada di kuburan Jepang, yang mirip kuburan Cina.
Selain bau hio yang menyengat, tampilan batu nisan Jepang yang tinggi-tinggi makin membuat merinding. Di ujung wilayah kuburan, saya melihat makam Yamaoka Tesshu. Ada juga patung emas besar yang menjadi hallmark dari kuburan di kuil Zenshoan. Setelah duduk sebentar berziarah, saya mencoba mengambil beberapa gambar.
Saat memotret, punggung saya ditepuk orang. Kontan saya meloncat. Seorang kakek tua berambut jarang, bongkok, dan mata mendelik, menegur saya. Saya perhatikan apakah kakek ini manusia atau penampakan. Setelah saya yakin ia manusia (salah satu indikator katanya kalau kaki menyentuh tanah), barulah saya mengutarakan keinginan saya untuk melihat koleksi lukisan hantu di galeri kuil tersebut.
Akhirnya sang kakek mengantar saya masuk ke galeri lukisan hantu atau Yurei-ga Gallery. Suasana galeri lumayan mencekam karena hanya sebuah ruangan sempit dengan penerangan yang redup. Tapi yang paling bikin mencekam adalah karena suasananya yang sepi. Sang kakek menunggu di depan pintu sambil sesekali melongok ke dalam, tentu dengan matanya yang mendelik.
Saya buang semua pikiran yang mengganggu dan mulai konsentrasi pada berbagai lukisan hantu. Di dalam galeri ini terdapat koleksi lukisan hantu yang dibuat pada jaman Edo, atau sekitar 150-200 tahun lalu. Ada sekitar 50 lukisan yang dipajang di sini, yang merupakan gambaran dari para pelukis masa lalu tentang penampakan-penampakan di Jepang. Berbagai lukisan di kuil ini dikoleksi oleh Sanyu-tei Encho, seorang artis terkenal di zaman Edo yang sedang menuntut ilmu di kuil Zenshoan.
Saya memandangi satu persatu lukisan dan merasakan aura hantu yang digambarkan di sana. Lukisan terkenal yang dipajang adalah “Ghost of a Blind Female Street Singer” yang dibuat oleh Utagawa Hiroshige. Ini adalah hantu seorang pengamen jalanan yang gentayangan di jalan-jalan kota Tokyo masa lalu.
Lukisan lain yang menarik saya adalah “Kaidan Chibusa Enoki”, yang bercerita tentang arwah seorang pelukis yang kembali ke dunia untuk melindungi bayinya dari gangguan beberapa samurai.
Setelah berpamitan dengan sang kakek, saya keluar dan menelusuri wilayah pekuburan Yanaka atau Yanaka Bochi, masih di daerah Ueno. Ini adalah wilayah pekuburan yang terluas di Tokyo. Luasnya sekitar 100 ribu meter persegi dan memuat sekitar 7000 makam. Di pekuburan ini dimakamkan Shogun Tokugawa beserta beberapa keluarganya. Banyak lagi tokoh Jepang yang dimakamkan di Yanaka. Hal ini menjadikan kuburan Yanaka ramai dikunjungi peziarah.
Menelusuri wilayah-wilayah angker di kota Tokyo adalah pengalaman yang menarik dan unik.Mitos, mistik, ataupun percaya pada hal-hal ghaib tentu bukanlah tanda ketidakrasionalan seseorang atau kelas masyarakat. Itu adalah ungkapan asli pengalaman manusia yang bersentuhan dengan realitas yang memiliki banyak dimensi. Meski modern, Jepang tetap menjadi sebuah negara yang masih percaya pada berbagai hal mistik dan ghaib. Jadi, kalau mampir ke Tokyo, sesekali sempatkanlah waktu untuk melihat ”Setan Gentayangan”.
Salam dari “The Haunted” Tokyo.
Keren 😀 Kapan kapan post tulisan yang lebih unik ^^