Lezatnya Kepala Ikan di Nanjing

Kepala Ikan Nanjing / photo Junanto

Kalau Indonesia punya Yogyakarta, maka Cina punya Nanjing. Seperti Yogya, Nanjing memiliki sejarah yang panjang sebagai sebuah kota. Nanjing adalah ibu kota Republik Cina sebelum pindah ke Beijing pada tahun 1949. Selain itu, Nanjing juga pernah menjadi ibu kota dari enam dinasti di Cina sejak tahun 229 Sebelum Masehi (SM).

Soal kuliner juga tak kalah seru. Kalau Beijing terkenal dengan Peking Duck, maka Nanjing terkenal dengan Nanjing Duck. Bedakah? Ya, kalau Peking Duck itu dipanggang, Nanjing Duck itu diungkep. Warna Nanjing Duck lebih hitam dan rasanya lebih berbumbu.

Namun Nanjing Duck bukan satu-satunya kuliner khas dari Nanjing. Saat saya berkesempatan mampir ke Nanjing, saya diajak oleh pak Hery, seorang kawan yang tinggal di sana, untuk mencicipi Kepala Ikan khas Nanjing. Kepala ikan memang favorit saya. Sudah banyak varian kepala ikan yang pernah saya makan, mulai dari gulai kepala ikan Aceh, Padang, Manado, sampai kari kepala ikan Pakistan dan India.

Disajikan bersama Nasi Hangat / photo Junanto

Tapi saya belum pernah mencicipi kepala ikan versi Nanjing. Oleh karena itu, saat pak Hery mengajak makan kepala ikan khas kota Nanjing, adrenalin saya memuncak.

Ada banyak warung kepala ikan di kota Nanjing. Salah satu warung yang terkenal namanya “Jiang Nan Gong She”. Banyak warung yang menggunakan nama serupa, tapi yang orisinal menurut pak Hery adalah yang lokasinya terletak di daerah “Mou Chou Dong Lu”.

Warung Kepala Ikan “Jian Nan Gong She” ini unik karena nuansa warungnya dibuat seperti masa revolusi tentara merah Cina di penghujung tahun 40-an. Berbagai pernik revolusi terlihat di sini, mulai dari patung Mao Ze Dong di depan pintu masuk, lukisan tembok bergambar tentara merah dan simpatisannya, hingga suasana tempat duduk yang dibuat seperti masa revolusi.

Untuk gelas dan termos tehnya juga disesuaikan dengan suasana masa itu, yang terbuat dari alumunium. Dengan segala pernak pernik tersebut, kitapun seolah dibawa dalam mesin waktu untuk kembali berada di tengah-tengah revolusi Cina, saat tentara merah mengambil alih Nanjing. Para pelayan yang berkostum kaum proletar Cina masa revolusi, juga semakin melengkapi imajinasi kita.

Makanan favorit di sini, tentu saja kepala ikan. Waah, saya sungguh terpesona saat kepala ikannya tiba di meja. Ukuran kepala ikannya besar sekali, padahal itu katanya porsi untuk satu orang. Untuk bumbu, kepala ikan Nanjing ini tampil minimalis, hanya ditaburi oleh bawang putih, rempah, dan cabe hijau yang mantap pedasnya. Di sekeliling kepala ikan, saya melihat kuah berminyaknya yang panas melekoh mengundang degutan ludah kita.

Ikan yang disajikan adalah ikan khas daerah Nanjing. Ikan ini hidup di aliran sungai Yangtze. Menurut pak Hery, bentuk utuh ikan ini unik karena bagian kepalanya lebih besar dari tubuhnya. Tak heran bila ikan ini disajikan khusus bagian kepalanya.

Saat mencicipi kepala ikan ini, saya hanya mampu terpana beberapa saat. Hening. Menyadari betapa di balik keminimalan penampilan, tersimpan rasa yang sungguh tak tepermanai. Lezat dan mantap pedasnya. Kalau anda penggemar pedas, sop kepala ikan ini cocok di lidah. Saya coba menghisap bagian daging serta tulang-tulang di bagian wajah ikan, baik pipi maupun bibir. Rasa bumbunya merasuk. Hampir di setiap sudut ikan ini bumbu pedas dan rempahnya terasa.

Mencicipi kepala ikan Nanjing sungguh pengalaman makan yang tak terlupakan. Orang barat kerap memandang kepala ikan sebagai makanan yang kurang menarik. Namun di Cina, kepala ikan adalah simbol kemakmuran. Dalam beberapa acara jamuan di Cina, ikan selalu disajikan terakhir, sebagai penghormatan bagi tamu. Ikan juga memiliki makna simbolik bagi orang Cina, karena dalam bahasa Cina, kalimat ikan, Yu, memiliki arti yang sama dengan kekayaan dan keberlimpahan. Orang Cina juga percaya bahwa makan ikan akan mempercepat doa-doa kita untuk dikabulkan.

Semoga doa kita juga makbul. Salam.

Suasana Warung, dengan lukisan Red Army / photo Junanto

 

Suasana Warung Kepala Ikan Nanjing / junanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *