Ziarah ke Fujisan

Gunung Fuji / photo Junanto

Hampir setiap kawan yang mampir ke Tokyo punya keinginan mengunjungi Gunung Fuji. Berkunjung ke Jepang memang rasanya belum komplit kalau belum sampai ke Gunung Fuji.

Ya, Gunung Fuji memang identik dengan Jepang. Masyarakat Jepang menjadikan Gunung ini sebagai salah satu gunung suci, bersama dengan Gunung Tate dan Gunung Haku. Mereka percaya bahwa para dewa bersemayam di atas gunung dan turun pada setiap musim semi untuk memberi kehidupan di tanah-tanah pertanian.

Karena kesuciannya, dahulu tidak sembarang orang boleh naik ke Gunung Fuji. Hanya para pendeta dan orang yang dianggap suci yang diperbolehkan naik ke sana. Kaum perempuan bahkan dilarang untuk naik ke gunung Fuji.

Orang Jepang menyebut Gunung Fuji dengan istilah Fuji-san. Kata “san” bukan sebutan bagi nama orang (sebagaimana biasanya orang Jepang memakai istilah –san di belakang nama), namun dari kata “san” yang merupakan lafaz kata “gunung ( 山 atau yama)” dalam karakter kanji gunung Fuji.

Hal menarik lain dari Gunung Fuji, yang merupakan gunung tertinggi di Jepang dengan ketinggian sekitar 3776 meter, adalah bentuknya yang segitiga simetris (symmetrical cone). Kalau cuaca cerah, bentuk gunung ini sangat indah ditutupi salju di puncaknya. Terlihat penuh dengan aura mistik.

Meski sudah beberapa kali ke gunung Fuji, saya tak pernah bosan untuk terus pergi ke sana. Sesekali kalau ada kawan yang datang, dan kebetulan waktunya pas, saya ikut mendampingi mereka ke puncak gunung Fuji. Keindahan dan aura spiritual dari Fuji selalu membuat saya menemukan ketenangan saat menatapnya.

Jarak dari Tokyo ke Gunung Fuji sekitar 150 kilometer. Untuk mencapai Fuji, berbagai alternatif transportasi dapat digunakan. Kita bisa naik kereta api lokal atau shinkansen (kereta api cepat) dari Stasiun Kereta Tokyo. Kita juga bisa naik bis kota dari stasiun Shinjuku. Setibanya di depan stasiun Fuji, ada shuttle bus yang dapat mengantar kita naik ke atas gunung.

Cara lain yang lebih mudah adalah dengan menggunakan tur operator. Di Tokyo, banyak penyelenggara tur yang menawarkan paket untuk ke Gunung Fuji dalam satu hari. Kita bisa pergi pada pagi hari dengan bis wisata, dan kembali sore harinya dengan menggunakan shinkansen.

Gunung Fuji memiliki beberapa tingkat (stage) yang merupakan titik-titik pemberhentian sebelum mencapai puncak. Tempat tertinggi yang dapat dicapai kalau kita naik mobil atau bis adalah level (stage) 5. Kalau kita ingin meneruskan lagi sampai ke puncak, kita dapat berjalan kaki (mount climbing).

Pedagang jajanan di stage 5 Fuji / photo Junanto
Penjual Es Krim di puncak Fuji / photo Junanto

Dari kaki gunung Fuji sampai stage 5 diperlukan waktu sekitar 20 hingga 30 menit dengan kendaraan. Sebelum sampai, kita akan melewati “jalanan bernyanyi” atau “singing road” yang sangat menarik. Ini adalah aspal jalan yang dibuat bergelombang, namun dengan partitur lagu tentang Fuji. Saat ban mobil kita melintasi aspal tersebut, suara lagu terdengar dengan indah dari dalam mobil. Menarik deh.

Jalan menuju puncak Fuji melewati hutan dan pohon-pohon tinggi. Di masa lalu, hutan ini terkenal angker karena dipenuhi oleh setan, hantu, dan ghoblin. Sampai saat ini, hutan di kaki Fuji masih sering digunakan sebagai tempat bunuh diri orang Jepang. Beberapa pengumuman kerap ditulis di hutan itu untuk mencegah terjadinya bunuh diri.

Selama menyusuri hutan dan jalan menuju puncak Fuji, kita dapat berhenti di  setiap level untuk beristirahat ataupun berfoto. Namun saya selalu mencoba untuk berhenti di stage 5 karena menurut saya itu adalah bagian terindah dari Fuji. Selain bisa melihat puncak gunung dari dekat, di stage 5 banyak terdapat restoran, toko souvenir, dan berbagai penjual makanan.

Di hari libur, jalan menuju Fuji bisa jadi sangat padat. Seperti orang Jakarta yang gemar ke puncak kalau musim libur tiba, demikian pula dengan orang Jepang. Mereka senang naik ke atas Gunung Fuji untuk sekedar memandangi keindahan gunung yang dianggap suci tersebut.

Puncak Fuji dari Stage 5 / photo junanto

Namun satu hal yang perlu kita catat dari Gunung adalah sifat pemalunya. Gunung Fuji jarang sekali terlihat jelas seperti di kartu pos. Kerap kali malah ia tertutup oleh kabut atau awan tebal. Kadang saya datang ke sana, dan hanya melihat awan atau kabut. Sama sekali tak terlihat gunungnya.

Dalam satu tahun, gunung Fuji hanya terlihat jelas sekitar beberapa ratus hari saja. Itupun tidak bisa diprediksi kapannya. Artinya, tidak ada yang bisa menjamin bahwa kalau kita pergi ke Fuji akan melihat gunung ini dengan jelas. Berbagai tur operator juga sudah mengingatkan ini bagi para peziarah yang akan pergi ke Fuji.

Selain itu, tantangan lain dalam melihat gunung Fuji adalah bila kita mampir di musim dingin, apalagi saat salju tebal. Saat itu, beberapa level di Gunung Fuji ditutup untuk umum demi keselamatan. Jadi, kadang kita hanya bisa berhenti hingga stage 1 atau 3 saja. Meski demikian, para pengunjung umumnya tidak pernah memikirkan berbagai tantangan tersebut karena hal terpenting adalah berziarah ke Gunung Fuji.

Selain ke Gunung Fuji, kita dapat berkunjung pula ke lima danau yang terletak di sekitar kawasan Fuji. Danau tersebut dibentuk saat letusan volkano ribuan tahun lampau. Danau favorit saya adalah Kawaguchi. Selain karena yang terbesar, pemandangan dari danau ini juga sangat indah. Di musim sakura, kita bisa melihat pemandangan danau, sakura, dan gunung Fuji yang indah.

Di dekat Danau Kawaguchi, ada satu warung steak favorit saya. Warung ini dimiliki oleh Fumui-san yang berumur 81 tahun namun masih terlihat gagah. Menu warung ini adalah Daging Sapi Wagyu yang dipanggang di atas batu panas (stone grill). Sambil menatap Fuji, makan daging sapi Jepang adalah sebuah pengalaman tersendiri.

Stone Grill Steak di Kaki Fuji / photo Junanto

Berkunjung ke Fuji bukanlah sekedar mengunjungi gunung. Kalau kita pecinta alam beserta keindahan naturalnya, pergi ke Gunung Fuji adalah sebuah peziarahan. Setiap berkunjung ke Fuji, saya selalu melihat berbagai keindahan yang berbeda, baik secara alam maupun spiritual.

Meski tertutup mendung dan awan, suasana Fuji tetap bisa saya rasakan. Sebagaimana puisi pujangga Jepang di abad 17, “Hujan dapat saja menutupi keindahan sang Gunung. Tapi aura keindahannya tak bisa ditutupi oleh kabut setebal apapun”. Iapun melanjutkan, “Saya mungkin tak bisa melihat Fujisan, tapi Fujisan pasti melihat saya”.

Terima kasih sudah mampir untuk membaca. Salam Fuji.

5 comments

  1. Mas Junanto Herdiawan,
    sy dari tgl 18-27 Juli 2012 ini berlibur ke Jepang
    klo dari Tokyo brp lama waktu yg dibutuhkan utk ke gunung Fuji dan
    Danau Kawaguchi? Sebaiknya mulai berangkat jam berapa dan transportasinya?
    Thanks

    1. Pak Chris, terima kasih tanggapannya. Dari Tokyo ke Fuji memakan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan. Bisa naik bis atau kereta api. Sebaiknya berangkat pagi saja, sekitar jam 8-9, karena kadang2 Fuji berawan. Kalau pagi probability terlihatnya besar (apabila cuaca cerah). Satu hari bisa liat Fuji dan Kawaguchi sekaligus.

      Untuk transportasi ada beberapa pilihan. Bisa pilih paket tur sehari, biasanya ada di hotel2 Tokyo. Nanti tanya di resepsionisnya apakah mereka punya paket tur. Itu lebih mudah dan ga repot. Tapi kalau mau jalan sendiri agar santai, bisa naik bis atau kereta api. Ini ada link caranya: http://www.japan-guide/e/e6905.html

      Demikian pak, selamat berlibur ! Salam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *