Kalau Nagoya punya Toyota, maka Hiroshima punya Mazda. Meski tak sebesar Toyota, Mazda adalah kebanggaan masyarakat Hiroshima. Sejak tahun 1920, Mazda Motor Corporation didirikan di Hiroshima dan masih ada hingga sekarang.
Mazda berperan besar dalam menggerakkan ekonomi Hiroshima. Mulai dari penyediaan lapangan pekerjaan hingga pembangunan kota, banyak bertumpu pada peranan Mazda. Saat berkunjung ke Hiroshima, saya melihat gedung Mazda ada di mana-mana, bahkan Stadion Baseball tempat klub Hiroshima Carp bermarkas dinamakan stadion “Mazda Zoom Zoom”.
Mobil Mazda juga sangat dominan terlihat di jalan-jalan kota Hiroshima. Pabrikan Mazda memang masih memproduksi jutaan mobil dalam setahun, baik untuk kebutuhan domestik maupun global. Masyarakat Hiroshima sendiri, bangga menggunakan mobil Mazda.
Selain berkantor pusat di Hiroshima, Mazda memiliki tanah yang luas di sepanjang pantai dan digunakan sebagai pusat riset pengembangan, pabrik, dan pengapalan.
Tapi satu hal yang menarik bagi saya dari lokasi tersebut adalah keberadaan Museum Mazda. Ya, Mazda juga memiliki museum yang terbuka untuk umum. Lokasinya persis di tengah-tengah pabriknya.
Dibandingkan dengan Museum Toyota di Nagoya, museum Mazda masih lebih kecil. Namun sebagai penggemar otomotif, khususnya sejarah otomotif Jepang, kunjungan ke Mazda Museum adalah “a must try” bagi saya.
Untuk bisa masuk ke Mazda Museum, kita perlu melakukan reservasi terlebih dahulu karena keterbatasan tempat. Reservasinya juga sangat mudah, bisa dilakukan melalui telpon atau e-mail. Dalam sehari ada beberapa kali tur museum yang tersedia dalam bahasa Inggris dan Jepang. Kita bisa memilih sesuai dengan waktu yang diinginkan. Sebaiknya jangan langsung datang atau “go show” apabila tidak ingin kecewa.
Sebelum masuk ke museum Mazda, kita diminta untuk berkumpul dan mendaftar ulang terlebih dahulu di gedung pusat Mazda, yang lokasinya tak jauh dari stasiun Mukainada, Hiroshima. Dari situ, kita bersama-sama dibawa ke museum dengan menggunakan bis perusahaan Mazda.
Satu hal menarik dari museum Mazda adalah lokasinya yang berada di dalam kawasan pabrik dan pengapalan. Jadi kita bisa melihat langsung kegiatan pabrik dan pengapalan Mazda di markasnya. Di bagian itu, para pengunjung dilarang mengambil gambar. Kita hanya diperkenankan mengambil gambar di dalam museum.
Museum diawali dengan cerita tentang sejarah Mazda, yang berdiri sejak tahun 1920 hingga sekarang. Saya baru tahu bahwa kata “Mazda” berasal dari nama pendirinya yaitu “Matsuda”. Memang kalau dieja bacaannya sama. Orang Jepang melafalkan huruf “Z” dengan “Tsu” karena memang tidak ada huruf “Z” dalam bahasa Jepang. Lalu kenapa mereka tidak menjadikan mereknya “Matsuda” saja ya. Kenapa jadi “Mazda”? hehehe..
Sejarah Mazda dimulai dari pabrik yang awalnya membuat kendaraan roda tiga. Kalau melihat produk-produk awal Mazda, rata-rata bentuknya mirip bemo. Dari yang kecil hingga truk, dibuat beroda tiga.
Dari bagian kendaraan roda tiga, kita diajak menjelajahi evolusi produk Mazda hingga sekarang. Kita juga diajak melihat perkembangan tekhnologi mesin Mazda yang menggunakan sistem rotary. Sistem ini yang katanya mendukung Mazda sebagai pabrikan Jepang pertama yang pernah menjuarai lomba balap Lemans 24 jam.
Kita juga diperkenankan melihat proses perakitan mobil mazda di pabrik tersebut. Satu hal yang mengagumkan saya adalah satu lini perakitan mobil Mazda bisa mengerjakan sekitar 3 hingga 5 mobil yang berbeda modelnya. Tak heran kalau di Jepang ini jenis mobil sangat banyak dan bervariasi, meskipun berasal dari satu pabrikan.
Selain sejarah dan pabrikan masa kini, museum Mazda juga menampilkan mobil-mobil konsep masa depan yang sedang dikembangkan, termasuk mobil berbahan bakar hydrogen.
Di museum Mazda ini saya melihat bahwa perjalanan Jepang menjadi negara yang menguasai otomotif di dunia bukan sebuah perjalanan pendek. Lini waktu yang tercetak di sejarah pada dinding museum menunjukkan bahwa Mazda juga mengalami pasang surut, jatuh bangun, dan perjalanan panjang yang keras. Beberapa kali Mazda mengalami kerugian, hampir tutup, tapi beberapa kali juga mengalami masa jaya.
Dari museum Mazda, saya melihat lagi satu bukti bahwa tidak ada hal yang instan untuk mencapai kemajuan. Peradaban sejarah dan tekhnologi masa lalu telah membuktikan bahwa kesuksesan adalah sebuah perjalanan panjang. Untuk berhasil membuat sesuatu, apapun itu, ketekunan, konsistensi, dan disiplin menjadi kunci. Meski gagal, seharusnya kita tidak berhenti. Tapi bangkit dan bangkit lagi.
Meski saat ini industri otomotif Jepang sedang menghadapi tantangan yang berat, terutama dari negara pesaing seperti China dan Korea, premis umum itu tetap berlaku. Bahwasanya, tak ada keberhasilan yang bisa diraih secara instan.
Salam Mazda, zoom zoom …