Tak banyak yang bisa dilihat di Kuala Lumpur. Selain karena banyak kemiripan dengan Jakarta, waktu yang saya miliki juga tak banyak. Menghadiri kursus yang full time menyita seluruh waktu saya selama di Kuala Lumpur. Namun bukan berarti tak ada yang menarik di sini. Di Kuala Lumpur, saya senang mengamati aneka tanda atau tulisan yang terpampang ataupun tercetak di berbagai tempat. Menurut saya itu menarik karena umumnya aneka tanda tersebut menggunakan Bahasa Melayu, yang mirip-mirip dengan Bahasa Indonesia.
Tapi karena penggunaan yang berbeda, maka pilihan katanya juga berbeda. Akibatnya banyak tanda dan tulisan yang mengundang senyum geli saya, karena kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, artinya bisa berbeda. Menurut sejarah linguistik, Bahasa Melayu Modern berasal dari Melayu Klasik hingga Melayu Induk. Kalau ditelusuri lebih jauh, bahasa Melayu juga berakar dari Nusantara, khususnya dari Jawa dan Sumatera.Tak heran banyak kalimat Melayu yang mirip dengan Bahasa Indonesia.
Gorys Keraf pernah menulis asal usul bangsa dan bahasa Melayu, dan menemukan banyak kesamaan asal usul antara bangsa di Asia Tenggara. Intinya, kita serumpun atau akarnya sama. Namun dalam perkembangannya, bahasa mengalami banyak akulturasi, baik dalam bentuk maupun penggunaan. Di Kuala Lumpur, Malaysia, Bahasa Malaysia masih memiliki pilihan kata yang juga dipergunakan di Indonesia.
Nah ini adalah beberapa tanda atau pengumuman di KL yang sempat saya jepret dalam berbagai kesempatan saya di sana. Salam.
hahaha… aneka bahasa yang patut kita syukuri sama2