Mencari Kesempurnaan Burger di Amerika

 

Shroom Burger yang mlekoh di Shake Shack Washington DC / photo junanto
Shroom Burger yang mlekoh di Shake Shack Washington DC / photo junanto

Berbeda dengan negara lain, Amerika Serikat nyaris tidak punya makanan lokal yang khas. Kalau ke negara Asia, atau beberapa negara Eropa, dengan mudah kita bisa menemukan makanan lokal. Tapi kalau ke Amerika dan mencari makanan lokal, ya ujung-ujungnya hanya ada satu jawaban, hamburger.

Tentu tidak heran, karena sejarah negeri tersebut adalah rangkaian dari beragam suku bangsa yang membangun sebuah negeri bernama Amerika Serikat. Jadi kalau mau mencari makanan dari beragam penjuru dunia, di Amerika lah tempatnya. Makanan Mexico-nya enak, Makanan Italia-nya enak, Makanan Afrika-nya enak, bahkan Makanan Jepang-nya enak.

Tapi tentu saya tidak ingin mencoba semua itu. Mencicipi masakan lokal di setiap kunjungan atau travel, biasanya menjadi kebiasaan saya untuk mengenal lebih dekat kultur ataupun sosiologi suatu bangsa. Ya, dari makanan kita bisa mengenal sejarah dan kebiasaan suatu bangsa. Untuk itu, dalam kunjungan ke Washington DC kemarin, saya mencari makanan Amerika, dan, apalagi kalau bukan burger hehe.

Saya berjalan bersama rekan Evie Silviani dan suaminya, Kang Odink, yang sedang tinggal dan bertugas di Washington DC. Mereka merekomendasikan restoran burger Shake Shack kalau mau mencicipi burger Amerika yang sedang “happening”. Shake Shack yang didirikan pada tahun 2001, kini tumbuh menjadi satu chain restoran yang sedang populer dan happening di seantero AS. Bahkan restoran ini sudah merambah dunia internasional dengan membuka cabang di berbagai negara, seperti Turki dan beberapa negara Timur Tengah. Tinggal menunggu waktu saja, resto ini buka cabang di Indonesia keliatannya hehehe.

Memasuki Shake Shack, saya mulai merasakan suasana yang sangat Amerika. For the love of Burger. Orang rela mengantri, panjang, demi sebuah kenikmatan sepotong daging dalam jepitan roti bun. Hampir semua yang mengantri saya perhatikan adalah anak muda, atau keluarga muda. Termasuk juga beberapa turis seperti saya.

Pilihan menu di Shake Shack sangat beragam. Evie menyarankan memesan Shroom Burger. Ini kombinasi menawan antara patty burger dan jamur portobello. Jamurnya dibuat burger dan digoreng garing. Kenikmatan di sini sangat unik, daging burger dimasak pas, hingga berwarna coklat kekuningan, mirip kertas sampul coklat yang basah. Kekeringan dagingnya merata luar dalam. Ditaburi sedikit garam sehingga rasanya gurih dan tentunya, crispy lezat.

Saya percaya bahwa burger yang baik adalah burger yang indah. Kalau kita lihat tampilan burger yang mengandung unsur artistik dan keindahan, saya yakin pasti rasanya juga lezat. Dan Shroom Burger mengandung dua unsur itu, indah dan sungguh lezat. Deep-fried jamur portobelo dimasak garing, mencuat di tengah roti burger yang sesak oleh daging, sayuran, tomat, dan lelehan keju yang sangat lezat. Panasnya lelehan keju terasa di tangan kita, hingga kita harus menunggunya beberapa saat sebelum mengunyah kelezatan burger itu.

Hmmmm, saya sudah banyak mencoba burger di penjuru dunia, tapi memang menurut saya Shake Shack burger ini punya keunikan dan kelezatan tersendiri yang tak akan terlupakan. Oh ya, satu lagi. Burger di Amerika ini porsinya ukuran Amerika alias gede banget. Ya, makanan di Amerika umumnya memang disajikan dalam porsi jumbo. Tak heran kalau lihat orang Amerika badannya besar-besar ya hehe. Kalau perut kamu ukuran standar Indonesia, awas bisa kekenyangan atau tidak habis dalam melahap burger versi Amerika ini.

Crab Cake Sandwich di Georgetown, Washington DC / photo junanto
Crab Cake Sandwich di Georgetown, Washington DC / photo junanto

Selain mencicipi burger Shake Shack, dalam satu kesempatan saya juga mencoba satu makanan khas wilayah Maryland, Washington, yang namanya Crab Cake. Ini adalah makanan yang kalau dirunut usianya sudah ratusan tahun lalu ada di Amerika. Dulu para nelayan menangkap kepiting, dan mengolah dagingnya menjadi satu makanan yang dinamakan crabcake. Prinsipnya crab cake ini seperti daging burger, namun isinya adalah daging kepiting. Hmmm, manteb kan.

Di Georgetown, Washington DC, saya mampir ke satu restoran kecil. Namanya Tackl. Di sana saya memesan Crab Cake Sandwich. Sebagai camilan, saya memesan semangkuk Neck Clam with butter sauce and lemon. Ini semacam kerang disiram kuah butter dan jeruk lemon.

Crab Cake Sandwichnya luar biasa enak. Serpihan daging kepiting terasa gurih, dipadu dengan roti burger, mustard, mayoinesse, daun selada, bawang, dan tomat. Sebuah perpaduan yang kaya dan menggugah selera. Porsinya yang besar tidak menjadi masalah kalau perut sedang lapar.

Neck Clam with Butter Sauce and Lemon / photo junanti
Neck Clam with Butter Sauce and Lemon / photo junanto

Neck Clam butternya juga segar. Gurihnya keju, asamnya lemon, berpadu dengan segarnya daging kerang, menjadikan hidangan tersebut kaya akan rasa lautan. Enak, lezat, segar, manteb.

Di Amerika, burger, crab cake, adalah makanan lokal yang layak dicoba. Meski makanan itu sudah go international, mulai dari Burger King hingga McDonalds, mencicipi burger di tanah kelahirannya adalah sebuah pengalaman tersendiri. Cicipi, rasakan, dan temukan sensasinya.

Salam Burger.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *