Toshikoshi Soba, Makanan Tahun Baru di Jepang

Soba / photo Junanto

Selain pergi ke kuil, orang Jepang juga merayakan tahun baru dengan makan Soba.  Tradisi makan soba menjadi bagian integral dari acara tahun baru di Jepang.  Soba tahun baru dinamakan dengan “Toshikoshi Soba”.  Kata “toshikoshi” berarti melewati atau melampaui tahun, dari yang lama ke yang baru.

Soba adalah jenis mie di jepang yang dibuat dari gandum hitam (buckwheat) dan kadang ditaburi nori (rumput laut). Karena itulah, soba cenderung berwarna gelap kehitaman. Berbeda dengan udon yang tebal dan besar, soba lebih panjang dan tipis. Soba dapat dimakan dalam keadaan panas dengan kuah kaldu ikan yang lezat, maupun dalam keadaan dingin.  Soba dingin dikenal dengan nama zaru soba atau sumetai soba. Soba dingin dimakan dengan cara mencelupnya ke kuah shoyu. Rasanya lezat.

Tradisi makan soba di tahun baru memiliki sejarah yang panjang. Kalau mendengar cerita dari orang Jepang, tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman Kamakura di abad ke 13. Saat itu, setiap akhir tahun, para tuan tanah atau orang kaya menjamu masyarakat miskin dengan makan soba.

Banyak makna mengapa soba dijadikan hidangan khas di tahun baru. Kisah lain adalah karena bulir gandum hitam yang digunakan untuk membuat soba berbentuk segitiga, atau Mikado. Hal ini dianggap sebagai penanda kekuasaan dari Kaisar. Dengan memakan soba, mereka berharap kekuatan Kaisar semakin besar dan dilindungi oleh yang Maha.

Tradisi makan soba ini juga terus berlanjut hingga masa Edo di abad 16. Masyarakat pedagang saat itu meyakini bahwa soba adalah perlambang keberuntungan (good fortune).

Selain menjadi makanan tahun baru, soba sebenarnya merupakan makanan penuh perlambang bagi masyarakat Jepang. Bila ada tetangga yang baru pindah rumah misalnya, orang Jepang kerap memberikan pemberian berupa “hikkoshi soba” (soba pindahan). Demikian pula dalam berbagai kesempatan festival lainnya.

Soba dianggap memiliki simbol kekuatan dan ketahanan. Hal itu dilambangkan oleh tanaman gandum hitam yang luwes dan kuat dalam terpaan angin sekencang apapun. Tanaman gandum mampu bertahan, mengarus bersama angin yang meniupnya, dan kembali lagi pada posisinya semula

Tsukimi Soba / photo Junanto

Beberapa waktu lalu, saya diajak merayakan pesta akhir tahun oleh seorang teman di salah satu warung soba terkenal di Tokyo. Warung itu berdiri sejak tahun 1800-an. Teman saya mengajak mencicip soba, karena itu adalah makanan di tahun baru. Namun bukan hanya itu, rasa soba di sana luar biasa lezat. Saya memesan “tsukimi” soba, atau soba panas dengan telur mentah. Tsukimi artinya Melihat Rembulan. Mungkin karena bentuk telur seperti rembulan. Hmmm, rasanya betul betul nikmat.

Saya juga kerap datang ke beberapa warung soba favorit saya. Di daerah Ebisu, dekat stasiun Ebisu, ada satu warung Soba enak. Tapi yang paling menarik adalah warung soba di dekat tempat saya tinggal, yaitu di daerah Meguro. Selain menyediakan soba panas dan dingin yang standar, mereka juga menyediakan berbagai ragam soba fusion, dengan ragam rasa, seperti green tea misalnya. Warna sobanya juga hijau total.

Soba, adalah makanan yang memiliki tradisi panjang di Jepang. Dan di tahun baru, soba menjadi makanan signature yang dimakan oleh orang Jepang. Memakan toshikoshi soba di tahun baru diharapkan dapat menjadikan kita pribadi yang kuat. Dengan memakan Soba, kita berharap di tahun baru dapat menjadi pribadi yang luwes, bertiup bersama angin, tapi tetap tertanam kuat pada akarnya di tanah.

Dari soba kita belajar makna sebuah tradisi, dan berbagai perlambang di baliknya. Semoga di tahun baru ini, kita dapat terus berjumbuh dalam karya.

Saya mau makan soba dulu ya… Salam Soba.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *