Ingat film Interview with the Vampire? atau serial film Twilight? Film-film itu berkisah tentang kehidupan para Drakula. Di Tokyo, kisah tentang drakula ternyata juga digemari banyak orang. Drakula-drakula Tokyo berkeliaran pada malam hari mencari mangsa. Mereka memiliki satu “istana” di wilayah Ginza, yang setiap malam ramai dikunjungi orang.
Tentu saja mereka bukan drakula sungguhan, dan istananya-pun hanya sebuah café atau restoran yang mengangkat tema drakula. Ya, Tokyo memang terkenal dengan banyaknya “themed restaurant” atau restoran yang mengangkat tema-tema tertentu. Ada restoran yang bertema penjara tua, robot Gundam, aneka cosplay, maid café, bahkan ada restoran yang pelayannya seekor kera. Tapi kalau kamu seorang pecinta aliran gothic atau dark influence lainnya, maka restoran bertema vampire ini wajib dikunjungi.
Saya sendiri suka dengan berbagai kisah tentang drakula. Mungkin karena drakula ini tergolong setan yang rapi. Mereka umumnya ganteng dan berjas necis. Tidak seperti kebanyakan setan di negeri kita yang compang-camping dan mengerikan.
Pada suatu malam, saya bersama rekan Kompasianer, yang juga tinggal di Tokyo, Bang Teuku Munandar atau biasa dipanggil Nandaru-san, mendatangi “istana” vampire yang berada di lantai tujuh sebuah gedung di daerah Ginza. Untuk masuk ke sana, kami harus menaiki lift yang sempit. Dan saat lift terbuka di lantai tujuh, kami langsung berada di depan pintu café yang bersuasana mencekam.
Seorang pelayan “vampire” wanita, terlihat dari giginya yang bertaring, tersenyum dingin dan mengarahkan kita ke tempat duduk. Para pelayan wanita mengenakan make up wajah yang pucat mirip drakula. Mereka menggunakan kostum french maid. Sementara itu, pelayan pria berpenampilan layaknya Drakula. Dengan tuxedo atau jas lengkap, dan juga berwajah dingin.
Alunan musik baroque yang bernuansa Eropa abad pertengahan menjadikan suasana café bertambah mencekam. Saat melihat pengunjung lainnya yang berwajah dingin di masing-masing bangku café, Bang Nandaru nampak khawatir. “Wah, jangan-jangan ini komunitas rahasia vampire kota Tokyo. Nanti kalau kita digigit dan berubah jadi vampire gimana nih?”, tanyanya sedikit lebay.
Memang kalau melihat sebagian besar pengunjung yang hadir malam itu, suasana café bisa membuat bergidik. Beberapa pengunjung datang mengenakan kostum-kostum gothic yang berkesan elegan namun dingin menghunjam.
Secara umum, café vampire ini terbagi dalam enam bagian atau tema. Bagian pertama adalah Altar, atau sebuah meja panjang yang terdiri dari sekitar empat hingga enam tempat duduk. Altar ini terletak di tengah café layaknya sebagai tempat korban drakula yang siap dimangsa. Bagian kedua adalah ruang menyekap “korban”. Ini adalah tempat duduk pengunjung, yang berupa ruangan-ruangan kecil, dibatasi dengan tirai merah.
Setelah itu ada sisi Peti Mati, yang menjadi tema sentral di café tersebut. Sebuah peti mati asli teronggok rapi di tengah ruang café. Di atas peti tersebut ada lilin-lilin yang dinyalakan sehingga menambah suasana semakin vampiric. Di atas peti tersebut, tergeletak pula imitasi potongan tangan manusia yang berdarah.
Bagian lain yang menjadi ciri café ini adalah salib besar yang diletakkan di atas peti mati, serta dominasi lain warna hitam di setiap bagian café, untuk menunjukkan nuansa dark gothic.
Menu makanan café ini juga bertema vampire. Mulai dari blood orange juice, berupa minuman jus buah berwarna merah darah hingga pasta bernuansa darah segar. Jenis makanannya perpaduan antara makanan Italia, Perancis, dan Jepang. Hal yang menarik dari makanan di café ini adalah presentasi dari makanan-makanannya yang bernuansa vampiric.
Ada ikan salmon yang diletakkan di roti kering berbentuk peti mati. Lalu ada nasi goreng (risotto) yang dicetak seperti peti mati dan dihias dengan salib besar dari telur dadar. Salad yang disajikan juga bertuliskan kata-kata yang seram, seperti “Death” misalnya.
Soal rasa, makanan di café ini bisa dikatakan decent at best. Tidak terlalu mengecewakan. Namun kalau soal pengalaman, café ini layak dikunjungi kalau mampir ke Tokyo. Bukan hanya itu, tapi kita juga dapat berkenalan dengan komunitas vampire kota Tokyo hahahaha ….. Salam Vampire.