Preman Blok M di Melbourne

(Old Posting) Tulisan ini saya re-post dari blog saya di tahun 2006. Sebagai file saya atas restoran Indonesia di luar negeri yang pernah saya coba.

Pak E di warungnya di Melbourne / photo junanto

Siapa bilang preman ga punya masa depan? Pak E alias Sisco yang bernama asli Siswanto Wiropuspito adalah preman insyaf yang membangun kembali masa depannya. Mantan Pengamen Jalanan dan Preman Blok M di tahun 1996 itu, kini sukses mengelola Restoran Blok M di Melbourne, Australia. Nama Blok M dipilih untuk mengenang masa lalunya yang kelam. Kalo pas lagi mampir di Melbourne, silakan sambangi warungnya yang terletak di Commercial Road, Prahran. Pak’E yang dulu bolak balik keluar penjara, pengedar narkoba, dan pencopet, menjalankan usaha restonya itu dengan bermodalkan semangat dan kerja keras. Selain memasak, ia juga kerap menghibur tamunya dengan menyanyikan lagu-lagu jalanan.

Saya mampir ke warungnya di Melbourne untuk merasakan cita rasa Indonesia di sana. Saat saya tiba di warungnya yang kecil, namun penuh dengan nuansa etnik Indonesia,  sederetan menu disajikan untuk dipilih. Satu hal menarik dari menu-menu di warung Blok M adalah nama-namanya yang unik. Lumayan juga buat menghibur diri serta mengobati kerinduan pada jajanan tanah air.

Nama-nama makanannya antara lain, Gule Tikus Blok M, Nasi Goreng Wong Edan, Gudeg Mbah Maridjan, Ikan Bakar SMS (Sarana Menuju Selingkuh), Lontong ATM (Anak Tampang Mesum), Soto Gempa Bumi, dan minuman spesial Wedang Jahe Bakar.

Resto milik Pak E ini keliatan lebih kumuh. Sebenarnya ia bermaksud memberikan suasana asli Blok M di situ. Namun karena kelihatan kumuh, petugas Higienitas dari Departemen Kesehatan Australia pernah memerintahkan restoran ini untuk ditutup karena tidak memenuhi prosedur higienitas mereka. Tak mau menyerah, Pak E mengundang mereka datang dan mencicipi tongseng kambing olahan Pak E. Bukannya malah ditutup, para petugas itu malah terpesona dengan rasanya yang begitu ’mak nyuus’.  Dan yang mengejutkan, petugas tersebut keesokan harinya mengajak keluarganya makan di situ. Bahkan, saat anaknya ulang tahun, acaranya dirayakan restoran milik Pak’E. Restoranpun batal ditutup hehehe.

Pak’E merasa bersyukur dengan kehidupannya sekarang. Selama sepekan resto ini menghasilkan lebih dari 7000 dollar Australia atau sekitar Rp49 juta. Resto ini juga menjadi langganan para pejabat, selebritis, dan tokoh-tokoh Indonesia apabila mereka sedang berkunjung ke Melbourne. Hal itu tampak dari foto-foto yang dipajang di seantero dinding restaurant. Jadi, benar kata orang bijak, jangan menyepelekan makanan. Selain bisa mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, lewat makanan pula, pak’E membangun kembali masa depannya. Salam.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *