Ketupat Sayur, Cinta, dan Perjuangan

Bersama Uni Linda di depan Kedainya
Bersama Uni Linda di depan Kedainya

Saya punya tempat makan ketupat sayur favorit di Pasar Tebet Barat. Letaknya di lantai dua. Namanya Warung Ketupat Sayur Uni Linda. Ketupat Sayur, atau Katupe Sayur dalam bahasa Minang, buatan Uni Linda ini menurut saya spesial. Bukan hanya soal rasa, tapi soal cerita di balik ketupat sayur ini.

Bagi Uni Linda, ketupat sayur bukan hanya makanan, tapi juga menyimpan cinta, passion, dan akar kehidupan. Baginya, membuat ketupat sayur adalah mahakaryanya untuk kehidupan.

Kalau melihat dari sisi tampilan, ketupat sayur di warung ini sebenarnya biasa saja. Sebagaimana ketupat sayur pada umumnya, setelah diiris-iris, ketupat disiram kuah sayur serta pilihan telur atau rendang. Di atasnya kemudian ditaburkan kerupuk pink, kerupuk khas ketupat sayur padang.

Satu hal kecil yang dilakukan Uni untuk menambah rasa signifikan adalah mencelupkan saus kacang ke dalam kuah ketupat sayur. Ketika kita mengaduk kuah tersebut, paduan rempah, bumbu sayur, dan saus kacang, langsung tersublimasi menambah sensasi rasa.

Uni Linda berasal dari Batu Sangkar. Dengan demikian ketupat sayur yang dibuatnya berbeda dengan Ketupat Sayur Pariaman. Umumnya, ketupat Padang Pariaman lebih melekoh kuahnya, menggunakan sayur paku (pakis), dan menonjol pedasnya. Sementara Uni Linda, tidak menggunakan sayur pakis, melainkan hanya sayur nangka. Rasa kuahnya juga tidak melekoh atau menonjol pedas.

Memang agak aneh buat sebuah masakan Padang kalau tidak pedas. Namun ini soal selera Uni. “Iyo, uni ini urang Padang tapi ga suka pedas”, demikian ujar Uni Linda. Jadilah ia mengkomposisi ketupat sayurnya dengan rasa netral. Sambal ditawarkannya bagi mereka yang ingin menambah level kepedasan.

Katupe Sayur Uni Linda, Pasar Tebet Barat
Katupe Sayur Uni Linda, Pasar Tebet Barat

Sambil makan, saya ngobrol dan bertukar cerita dengan Uni Linda. Di sinilah saya mengetahui bahwa Ketupat Sayur bagi Uni bukan sekedar makanan, tapi juga sebuah wilayah tempat dirinya menuangkan cinta dan kehidupan.

Awalnya, Uni mencari mata pencaharian sebagai penjual pakaian di Pasar Tebet. Hal itu terjadi pada tahun 1986.  Kehidupan sebagai penjual pakaian dirasakannya kurang menjanjikan, sementara passionnya adalah memasak. Lalu di awal tahun 1990-an, mulailah Uni Linda berjualan ketupat sayur.

Kejadian yang cukup berat baginya adalah saat ia ditinggal suaminya sekitar sepuluh tahun lalu. Ia harus menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil. Namun Uni Linda selalu percaya, bahwa rejeki ada yang mengatur. Kuncinya adalah mengerjakan sesuatu yang ia cintai. Dan ia mencintai ketupat sayur.

Dari ketupat sayur buatannya itu , ia mampu membesarkan anak-anaknya. Satu hal luar biasa, anak sulungnya mampu menyelesaikan kuliah di jurusan Arsitek Universitas Diponegoro, dan kini sudah bekerja di salah satu pengembang besar Jakarta. Anak sulungnya dianggap sudah mandiri dan memiliki kehidupan layak dalam kelas menengah Indonesia. Sementara anak keduanya sebentar lagi lulus dari Akademi Sekretaris.

Uni Linda selalu mensyukuri hidupnya. Saat saya tanya soal isu politik, ekonomi, dan hal-hal yang lagi trending topic saat ini, Uni Linda hanya bergumam, itu adalah dinamika kehidupan saja. Ia tak ambil pusing.

Baginya, yang paling penting adalah bekerja dan berkarya sesuai hati nurani, atau passion, lalu memberi manfaat bagi orang lain. Saya jadi teringat kutipan dari Steve Jobs, “The only way to do a great work, is to love what you do”, atau satu-satunya cara menghasilkan karya besar, adalah mencintai pekerjaan kita.

Dari katupe sayur Uni Linda, saya belajar. Bukan jenis pekerjaan yang menentukan seseorang itu berharga, tapi pada cinta, karya, dan manfaat yang diberikannya. Bagaimana kita bisa bermanfaat, kalau tidak mencintai apa yang kita kerjakan, bukan? …..  Salam.

Selamat Menikmati Ketupat Sayur
Selamat Menikmati Ketupat Sayur

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *