Tak banyak musisi jazz Indonesia yang berani tampil menunjukkan karyanya di dunia internasional. Apalagi manggung di klub jazz elite dunia. Tapi Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, dan Sandy Winarta, yang tergabung dalam grup jazz LLW (Lesmana Likumahuwa Winarta), membuktikan diri sebagai “duta bangsa” yang tampil membanggakan di klub Jazz bergengsi Blue Note, Tokyo, tadi malam (28/12).
Beberapa waktu lalu, grup LLW ini membetot perhatian pecinta jazz dunia, saat album mereka Love, Live, Wisdom, mampu duduk di peringkat 18 dalam Most Download Album di iTunes. Posisi itu bahkan berada lebih baik dari album Norah Jones. Di Jepang, LLW memiliki penggemar tersendiri. Sebagian mereka telah mengenal nama-nama personil dari grup ini sejak lama.
Tak heran kalau klub Blue Note Tokyo semalam, penuh sesak oleh orang-orang Jepang pecinta Jazz. Saya kebetulan datang bersama beberapa rekan Indonesia pecinta jazz. Kalau saya perhatikan komposisi penonton, mungkin sekitar sembilan puluh persen yang hadir malam itu adalah orang Jepang dan orang asing. Sementara penonton Indonesia hanya sebagian kecil dari yang ada tadi malam.
Menggebrak dengan lagu-lagu yang diambil dari album “Love, Life, Wisdom”, grup LLW mampu menghangatkan kota Tokyo, yang malam itu dibekap udara dingin di luar sekitar 3 derajat Celcius. Lagu-lagu seperti Back Into Sumthin, Morning Spirit, Friday Call, mampu menghentak dan menyegarkan para penonton di Blue Note.
Betotan bass dari Barry Likumahuwa, yang juga anak dari musisi Benny Likumahuwa, beberapa kali mendapat tepukan meriah penonton. Sementara pukulan drum Sandy Winarta membuat penonton mengangguk-anggukan kepala secara seragam, sebagaimana ciri para penonton musik di Jepang.
Penampilan yang tentu memukau adalah permainan piano Indra Lesmana. Beberapa penonton Jepang di sekitar saya beberapa kali berteriak dalam bahasa Jepang, “Sugoi.. Sugoi”, yang artinya “Hebat… hebat”, saat jari jemari Indra berkelindan di atas tuts piano jazz.
Meski beraliran jazz, LLW sanggup memberi warna Jazz dengan sentuhan unsur rap dan DJ. Sebagai bintang tamu untuk meng-infuse unsur rap itu adalah Kyriz Boogiemen, yang tampil membawakan lagu Stretch N Pause. Kombinasi jazz dan rap tersebut ternyata sangat menarik, karena justru membuat musik jazz yang berat, terasa bersahabat di telinga anak-anak muda. Nampaknya LLW ingin menunjukkan bahwa jazz adalah musik yang compatible dengan unsur musik lainnya, termasuk techno dan rap.
Penampilan LLW semalam semakin bertambah gemilang karena menghadirkan pula penyanyi cantik bersuara cemerlang, Dira Sugandi. Suara Dira yang jernih melengking membuat kagum penonton di Blue Note. Dira juga sangat piawai menghangatkan suasana dengan mengajak dialog, serta menebar joke-joke ringan pada penonton.
Usai pertunjukan, tak kurang dari Wakil Dubes RI untuk Jepang, Ardi Hermawan, menyambangi para pemain musik di ruang gantinya. Dialog yang hangatpun tercipta di sana. Para anggota LLW, didampingi oleh Hanny Lesmana, istri Indra Lesmana, sekaligus manajer dari LLW, menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas kunjungan Wakil Dubes RI ke ruang ganti.
Di sisi lain, Ardi Hermawan menyampaikan kebanggaannya sebagai wakil dari pemerintah RI, karena dapat melihat penampilan gemilang dari musisi Indonesia di Jepang. Sepanjang yang diketahui, grup musik LLW ini adalah grup Indonesia pertama yang mampu tembus dan bermain di klub jazz bergengsi Blue Note Tokyo.
Kiranya tepat apa yang disampaikan oleh Wakil Dubes RI tersebut. Bahwa diplomasi budaya melalui kemampuan seniman atau musisi Indonesia, seperti yang dilakukan oleh LLW, sangat efektif dalam mendukung dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. Persepsi bahwa negeri kita kaya akan bakat-bakat akan terbangun dengan banyaknya artis Indonesia yang mampu berkiprah di luar negeri.
Saat di panggung, Indra Lesmana juga sempat menyampaikan undangan pada para penggemar Jazz di Jepang untuk hadir pada event Java Jazz di Jakarta pada tahun 2012. Ia mengajak mereka untuk datang ke Indonesia guna menyaksikan pula para musisi jazz Indonesia tampil dan berkarya.
Musik, dan juga makanan misalnya, adalah salah satu sarana diplomasi yang efektif dan tajam, namun tanpa pretensi. Semua orang suka dengan makanan, demikian pula semua orang suka dengan musik. Lesmana, Likumahuwa dan Winarta membuktikan lagi bahwa musisi Indonesia mampu untuk tampil dan berkiprah di manca negara. Bila hal ini semakin banyak dilakukan oleh yang lain, kita tentu semakin optimis sebagai bangsa.
Salam dari Tokyo