Bagi anak metal tahun 80-an, grup band Helloween tentu tak asing lagi. Meski nama grup ini masih di bawah bayang-bayang grup kelas atas, seperti Iron Maiden atau Metallica, nama Helloween tetap punya tempat sendiri di hati penggemarnya. Beberapa album mereka seperti Keepers of The Seven Keys, ataupun Walls of Jericho, sempat “meledak” di Jakarta pada penghujung tahun 80an.
Dan pekan lalu (28/2), Helloween menggebrak kota Tokyo dalam rangkaian konsernya di Jepang yang bertema “7 Sinners Tour”, yang diambil dari nama album terbaru mereka. Konser yang dilakukan di Tokyo Zepp, Odaiba, mampu menghangatkan kota Tokyo yang malam itu dicengkeram musim dingin. “Dua derajat di luar, empat puluh derajat di dalam!!” demikian Andi Deris, vokalis Helloween, berteriak dan menyemangati penonton untuk tetap “panas”.
Sekedar mengenang masa-masa muda, malam itu saya ikut larut dengan para pecinta metal kota Tokyo, untuk menikmati lagu-lagu Helloween. Tokyo Zepp, tempat konser Helloween, adalah ruangan (hall) yang khusus dibangun di Jepang untuk pertunjukan musik. Bentuk ruangnya yang tidak terlalu luas, menjadikan penampilan Helloween layaknya bermain di garasi, begitu dekat dan begitu personal.
Helloween memang bukan grup masa kini. Para pemainnya sudah cukup gaek di usianya yang rata-rata menjelang 50 tahun. Namun kemampuan mereka membawakan getar power metal sungguh luar biasa. Malam itu, saya merasakan aura power metal dari Helloween yang masih “menakutkan” dan tentu, hingar bingar memekakkan telinga.
Helloween menghentak penonton dengan lagu “AreYou Metal?”, Andi Deris langsung mengajak penonton berteriak bersama, dan kamipun semua berteriak ..”Are You Metal? .. Are You Metal?… Are Youuuu … Are youuu ..”
Setelah itu, meluncurlah lagu lagu andalan yang diambil dari album-albumnya. Lagu “Eagle Fly Free”, dan “March of Time” mampu memanaskan ruang konser Tokyo Zepp. Sang vokalis, Andi Deris, juga piawai mengajak dialog penonton. Ia sempat berhenti dan mengajak penonton untuk bersulang bersama, “Kampaaii!!” Teriaknya sambil mengangkat gelas anggur.
Lagu, I Want Out, Future World, serta beberapa lagu terbaru mereka seperti Where the Sinners Go, dan World of Fantasy, berurutan dibawakan dan menghentak ruang Tokyo Zepp yang sesak oleh para fans.
Memainkan sekitar 15 lagu sepanjang 150 menit, Helloween betul betul masih energik dan mampu membakar kota Tokyo yang malam itu dicengkeram gigil musim dingin. Satu penampilan yang menarik adalah saat mereka membawakan lagu-lagu panjang Helloween secara medley, namun dalam versi singkat. Lagu-lagu panjang yang berirama klasik metal, seperti Keeper of the Seven Keys Part I and Part II, Helloween, kalau dinyanyikan secara penuh, kira-kira menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Dan Helloween, malam itu memainkan ringkasannya yang hanya menghabiskan waktu kira-kira delapan menit, tanpa kehilangan arti.
Band Helloween dibentuk pada tahun 1984 di Hamburg, Jerman. Setelah mengeluarkan albumnyaHelloween, Walls of Jericho, dan Keeper of The Seven Keys, mereka banyak dilanda pertikaian internal. Vokalis Kai Hansen, yang lengkingan suaranya menjadi ciri khas Helloween, keluar. Michael Kiske, yang sebelumnya menjadi vokalis dan gitaris, juga keluar. Drummer Ingo Schwichtenberg terkena kasus narkoba, dan dikeluarkan. Pada tahun 1995, Ingo bunuh diri dengan melompat ke rel kereta. Berbagai pertikaian dan perpecahan ini menjadikan Album-Album Helloween selanjutnya, seperti Pink Bubble Go Apes, dan Chameleon, jeblok di pasaran.
Namun, dengan formasi barunya sejak 2005 lalu, Andi Deris di Vokal, Michael Weikath dan Sascha Gerstner pada Guitar, Markus Grosskopf pada Bass, dan Daniel Löble pada Drums, Helloween terus bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka masih “menakutkan”.
Bagi saya, pengalaman menonton konser heavy metal di Tokyo sangat menarik. Saya terkesan dengan para fans metal kota Tokyo yang tertib. Meski penampilan mereka cukup “garang” dengan rambut gondrong, jaket kulit, anting, dan rantai, namun kesantunan tetap menjadi ciri mereka. Para fans tersebut tertib mengantri, merokok pada tempat yang disediakan, serta membuang sampah di tempatnya. Saya juga tidak melihat ada pengamanan berlebihan dan kekhawatiran akan kerusuhan. Tak terlihat pula ada polisi, ataupun petugas pengamanan. Semua berjalan seperti biasa.
Konser Helloween di Tokyo adalah sebuah gambaran bahwa musik metal tak selalu identik dengan kerusuhan. Musik metal juga membawa pesan damai dan kerap memuat banyak lirik satir tentang kehidupan. Dan malam itu, Helloween menutup konser dengan lagu “Dr. Stein”, sebuah sinisme tentang monster yang kini muncul dalam bentuk politisi dan diktator.
let’s them run into the night
they become great politicians
and their time is right
Salam Damai dari Tokyo