Betulkah preman punya nama baik? Pertanyaan itu mungkin absurd. Tapi itulah yang terjadi. Di Jepang, kata “preman” memang punya makna ganda.
Suatu siang, saya bersama kawan Jepang berjalan di daerah Shinjuku, Tokyo. Di sana kami melihat ada seseorang yang berpenampilan necis dengan setelan jas mahal. Orangnya terlihat ramah dan santun. Kawan saya mengatakan bahwa orang itu adalah anggota Yakuza, atau mafia Jepang. Mafia, atau apapun namanya, pada dasarnya adalah preman karena bekerja dengan kejahatan. Tapi menurut kawan saya, Yakuza di Jepang tak selamanya jahat. Mereka juga terkenal punya nama baik.
Yakuza memang sebuah paradoks. Keberadaan mereka di Jepang bukan seperti sebuah kelompok rahasia. Semua orang Jepang tahu siapa Yakuza. Bahkan polisi dan politisi juga mengetahui eksistensi kelompok ini. Selama ini mereka seperti saling memiliki kode etik dalam persinggungannya.
Yakuza hidup dari pemerasan, judi, prostitusi, obat bius, penyelundupan, pencucian uang, serta memberi proteksi keamanan pada perusahaan-perusahaan konstruksi dan real estate, termasuk menyediakan jasa buruh dan penyelidik swasta. Mereka, menurut teman saya, melakukan pekerjaan di mana orang lain tidak mau melakukannya. Umumnya pekerjaan ini dikenal dengan istilah pekerjaan rendah, kotor, dan berbahaya.
….. kisah lengkap cerita ini bisa dibaca juga di buku “Shocking Japan: Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan”