Review Film: Kembalinya Si Badut Pembunuh

Pennywise si Badut Pembunuh dalam film IT September 2017 / photo courtesy of Guardian.
Pennywise si Badut Pembunuh dalam film IT September 2017 / photo courtesy of Guardian.

Buat anak tahun 80-an, film horror Stephen King berjudul IT yang diputar pada tahun 1990, adalah sebuah memori seru masa muda. Saya menyaksikan film itu saat di bangku SMA. Film IT bagi saya adalah sebuah karya monumental dari Stephen King karena memori yang membekas hingga terbawa terus sampai dewasa, khususnya kenangan pada figur Pennywise si Badut Pembunuh. Persis seperti saya mengingat figur Freddy Krueger dalam film Nightmare on Elm Street. Sejak mengenal Pennywise, pandangan saya pada Badut berubah. Saya kerap curiga kalau melihat badut. Bagi saya mereka tidak lucu lagi, baik itu badut ulang tahun atau badut sirkus. Badut bagi saya kini memiliki keseraman tersendiri, seperti badut pembunuh di film IT. Tentu saja itu hanyalah imajinasi liar saya.

Munculnya film edisi baru IT di bulan September 2017 seolah membangkitkan memori masa muda, tepatnya 27 tahun lalu, saat pertama kali menyaksikan film tersebut. Persis seperti plot filmnya, Badut Pennywise selalu muncul setiap 27 tahun sekali. Untuk itu, menyaksikan IT versi 2017 menjadi sebuah keharusan di tengah berbagai kesibukan.

Plot cerita IT edisi 2017 masih mirip dengan yang edisi 1990. Diawali oleh hilangnya Georgie (Jackson Robert Scott), anak kecil yang mengejar perahu kertas hingga masuk ke selokan (gorong-gorong) kota Derry. Pennywise berada di dalam gorong-gorong dan menarik Georgie. Hilangnya anak-anak kecil dan remaja di kota Derry adalah sebuah ciri dari kemunculan Badut IT. Urban legend kota tersebut, sebagaimana tertulis di perpustakaan kota, mencatat rentetan peristiwa misterius hilang dan matinya warga, setiap 27 tahun sekali.

Sekumpulan anak kecil kota Derry, dipimpin oleh Bill (Jaeden Lieberher), kakak dari Georgie, bergerak menuju gorong-gorong bawah tanah kota Derry untuk melawan IT langsung di pusat kekuasaannya (sumur misterius legendaris kota). Bill memimpin sekelompok kawan-kawannya – yang menamakan dirinya Klub Pecundang (the Losers’ Club)- yaitu seorang nerd (Finn Wolfhard), seorang phobia kuman (Jack Dylan Grazer), anak seorang Rabi Yahudi (Wyatt Oleff), seorang anak kulit hitam (Chosen Jacobs), dan anak baru (Jeremy Ray Taylor), serta seorang gadis manis Beverly (Sophia Lilis), yang memberi sedikit nuansa romantis komedi segi tiga melibatkan Bill dan si anak baru, Ben.

Setting cerita di kota Derry dibuat pada tahun 1988 – 1989, dicirikan pada plang film di bioskop yang memutar Nightmare on Elm Streets. Plot cerita masih sama dengan IT edisi 1990 di mana ada sekelompok anak pembully yang dipimpin oleh Henry Bowers, kota yang penuh gosip, dan orang tua-orang tua anak yang “abusive”. Kisah teror Pennywise pada anak-anak juga ditampilkan ala film horor yang menegangkan dan berisi kejutan-kejutan (satu dua kali kita pasti akan terkaget dengan adegan munculnya Pennywise).

Kunci utama perlawanan sekelompok anak kota Derry pada Pennywise adalah semangat kebersamaan dan persatuan. IT adalah badut monster pembunuh yang muncul dan menyerap ketakutan dari anak-anak kota Derry. Semakin takut seseorang, semakin besar kekuatan IT. Hal inilah yang diketahui oleh anak-anak Derry. Keberanian (courage) dan kebersamaan (unity) memang pesan moral utama dari film IT. Bagi anak-anak yang takut pada monster atau Badut pembunuh, kiranya pesan tersebut bisa menjadi pegangan. Namun tentu bukan hanya berlaku pada anak kecil. Bagi kita semua, IT membawa pesan sama. Keberanian adalah kunci dalam menghadapi berbagai godaan dan cobaan. Namun yang lebih penting lagi adalah juga kebersamaan, untuk mengalahkan kejahatan dengan semangat kebaikan.

Seperti pesan orang tua kita dulu, kebaikan yang tidak bersama-sama akan dikalahkan oleh kejahatan yang terkoordinir dan bersama-sama. Agak melebar, tapi tentu pesannya sama, ayo sebagai bangsa Indonesia yang saat ini menghadapi banyak tantangan, kita belajar dari anak-anak kota Derry untuk jangan terpecah belah, jangan terpisah-pisah, tapi bersatulah. Hanya dengan bersatu, kita bisa mengalahkan siapapun.

Salam Persatuan. Salam NKRI. Salam IT.

Verdict Film : Recommended. Layak Tonton.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *