Surat dari Praha: Catatan dari Kunjungan Singkat

Municipal House di Praha

Berkunjung ke Praha beberapa hari mengingatkan saya pada satu film Indonesia yang berjudul “Surat dari Praha”. Film itu mengangkat kisah hidup para eksil yang terpaksa harus tinggal di Praha sejak tahun 1965 hingga sekarang karena kondisi politik Indonesia saat itu. Mereka adalah mahasiswa yang dikirim oleh Presiden Soekarno sebelum tahun 1965, dan saat terjadi peristiwa G30S/PKI, dianggap pro-Soekarno atau pro-gerakan tersebut, sehingga tidak bisa kembali ke Indonesia. Sebagian besar dicabut kewarganegaraannya dan ada yang menjadi warga Ceko. Saya sulit membayangkan beratnya hidup mereka karena terpisah jauh dari keluarga selama puluhan tahun, dan harus tinggal di kota seperti Praha ini. Saya datang menjelang musim dingin, melihat kesenduan kota Praha, kemuraman dan dinginnya warga kota tersebut.

Namun secara umum, kota Praha ini sangat cantik dan memiliki banyak cerita sejarah. Dibangun sebagai ibu kota Kerajaan Bohemia di Eropa pada sekitar tahun 1300-an, Praha kini menjadi ibu kota Republik Ceko. Buat yang lahir di era 70-an pasti ingatnya nama Cekoslowakia. Ya, dulu memang nama negara ini adalah Cekoslowakia. Tapi sejak Revolusi Velvet di tahun 1989, yang meruntuhkan komunisme di Cekoslowakia, negara itu bubar dan terbagi menjadi dua, yaitu Republik Ceko dengan ibu kota Praha, dan Slovakia dengan ibu kota Bratislava. Cekoslowakia sendiri berdiri usai Perang Dunia I, dan setelah Perang Dunia ke-II menjadi negara komunis di bawah pengaruh dari Uni Soviet. Kisah tentang komunisme di era Cekoslowakia ini dapat kalian saksikan di Museum of Communism yang terletak di kawasan Old Town kota Praha. Pastikan untuk mengunjungi tempat ini kalau mampir ke Praha.

Namun berkunjung ke Praha tak cukup hanya mundur 40 tahun untuk melihat era komunisme. Berkelilinglah ke wilayah kota tua dan kita akan dibawa mundur ratusan tahun ke belakang hingga awal abad 10. Praha merupakan kota yang kaya sejarah karena perannya sebagai pusat politik, ekonomi, dan budaya, dari Eropa Tengah pada masa itu. Kekayaan sejarah ini tampak dari bangunan-bangunan di wilayah old town yang bernuansa Gothic, Renaissance, dan Baroque. Selain sebagai ibu kota Bohemia, kota Praha pernah menjadi tempat tinggal utama beberapa kaisar Roma, yang paling terkenal adalah Charles IV, yang kemudian membangun Jembatan Charles atau Charles Bridge pada tahun 1357.

Nah buat kalian yang pertama kali ke Praha, saya sarankan untuk memulai perjalanan di Praha dengan mengitari wilayah kota tua dan mengunjungi beberapa tempat mainstream tapi layak dikunjungi, yaitu Kastil Praha, Charles Bridge, Old Town Square yang terkenal dengan Jam Astronomi, Jewish Quarter, termasuk mencoba menikmati beberapa pertunjukan opera, balet, ataupun chamber orkestra.

Jam Astronomi Praha

Traveling ke kota Praha sangat menyenangkan karena kota ini merupakan salah satu tujuan wisata populer di Eropa. Kota ini tidak termasuk yang hancur lebur saat PD-II sehingga banyak bangunan heritagenya masih dalam bentuk aslinya. Tujuan pertama yang wajib adalah ke jembatan Charles, atau Charles Bridge. Ini adalah bangunan yang dibangun oleh Raja Charles IV pada 9 Juli 1357 pukul 5.31 am. Angka ini dihitung persis oleh Raja Charles IV karena membentuk palindrome (angka yang kalau dibaca dari depan dan belakang sama). Jadi kalau dilihat, pembangunan Charles Bridge dilakukan pada 1357 9, 7, 5:31. Hal ini dipercaya bisa menjadikan jembatan yang dibangun memiliki kekuatan tambahan. Well, entah betul atau tidak, jembatan ini berdiri hampir 900 tahun lamanya dan masih kokoh.

Saya melanjutkan perjalanan berkeliling wilayah Old Town. Jam Astronomi adalah ikon kota Praha yang wajib dikunjungi. Jam itu dibuat pada tahun 1100-an dan merupakan satu dari sedikit jam astronomi abad pertengahan yang masih ada dan bekerja hingga saat ini. Jam itu menunjukkan banyak hal, bukan hanya waktu tetapi juga rasi bintang, posisi matahari, dan bulan. Ada beberapa patung juga yang memiliki arti, misalnya ada empat figur yang mewakili keserakahan, kesombongan, nafsu, dan kematian. Saat jam berbunyi, ibarat kematian memanggil dan tak bisa ditawar. Keserakahan, kesombongan, dan nafsu menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini menunjukkan kecintaan dunia itu berbahaya bagi kehidupan akhirat. Jam astronomi ini juga dipercaya sebagai simbol kemakmuran kota Praha. Apabila warga kota menelantarkan jam ini, maka mala akan datang ke kota. Berbagai cerita itu menjadikan Jam Astronomi Praha menjadi tempat wajib kunjung. Bagi saya, hal paling menarik adalah setiap lonceng jam berbunyi. Kerumunan warga yang melihat jam astronomi menjadi tontonan tersendiri.

Penampilan Prague Orchestra di Municipal House

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Praha. Salah satunya adalah menyaksikan berbagai penampilan seni seperti Opera, Orkestra, atau Balet. Saya memilih untuk menonton Balet dan orkestra yang banyak tersebar di berbagai gedung kesenian di wilayah Old Town.  Saya menyempatkan diri melihat Balet Swan Lake Tchaikovsky di Hybernia Theatre. Penampilan para penari balet secara umum rata-rata saja menurut saya. Putri Oddeta yang tampil paling baik. Meski penampilannya biasa, balet di Praha adalah sebuah momentum dalam waktu. Perlu dicicipi. Selain Hybernia theatre, ada Municipal House yang terletak persis di seberang Bank Sentral Ceko. Municipal House merupakan salah satu gedung kesenian di kota Praha yang juga memiliki ruang konser bernama Smetana Hall. Di Smetana Hall ini setiap malamnya berbagai orchestra menampilkan pertunjukan musik-musik klasik. Saya memilih untuk menyaksikan penampilan dari Prague Music Chamber Orchestra yang terdiri dari 8-11 pemain.  Pertunjukkan dimulai pukul 20.00 dan berlangsung selama satu jam. Malam itu temanya adalah “Best of Classics” sehingga yang dimainkan adalah musik-musik klasik populer seperti Canon D Pachelbel, Ma Vlast Smetana, Air in G dari Bach, Vivaldi, Dvorak, dan lain sebagainya.

Pecinta musik klasik juga bisa mengunjungi berbagai gereja maupun monastery yang di malam hari dijadikan tempat pertunjukan musik klasik. Saya sempat masuk ke St. Michael Monastery yang terletak tak jauh dari jam astronomi Praha. Malam itu ditampilkan berbagai musik klasik. Bedanya, musik hanya dimainkan oleh empat orang, tiga bermain biola dan satu bermain bass. Suasana menyaksikan musik klasik dalam monastery sungguh syahdu dan membawa kita pada suasana di abad pertengahan. Sebuah kenangan yang wajib dicoba.

Banyak alternatif lain untuk jalan di Praha, mulai dari kuliner maupun shopping. Namun tentu saja, terutama bagi yang tidak makan babi, pilihan menu tradisional Czech tidak banyak. Dibanding dengan Indonesia yang kaya kuliner, makanan di Czech sangat terbatas. Tak banyak yang bisa kita eksplore, karena saat kami tanya apa yang khas dan terkenal di Praha, sebagian besar menyebutkan Pork Knuckle dan Bir hehehe …. Tapi tentu jangan lewatkan mencicipi kue-kue di Praha. Kue yang dijual di berbagai coffee shop jagoan rasanya. Jalan keluar sedikit ke wilayah Karlin, ada kedai kopi Eska yang menurut saya layak dicoba untuk sarapan dan ngopi. Suasananya cozy dan dibuat terbuka sehingga kita bisa mencicipi makanan atau minuman sambil melihat para chef muda Czech menyiapkan makanan di dapur. Kedai kopi EMA Espresso Bar, Onesip Coffe, atau Original Coffee, adalah beberapa warung kopi yang layak dicoba.

Untuk yang gemar shopping, berbagai toko di wilayah Old Town bisa dijadikan alternatif belanja. Ada satu jalan yang suasananya persis seperti champ-elysse Paris. Nama jalannya Pariszka. Suasana dan toko-tokonya mengingatkan kita pada Paris. Berbagai toko barang bermerk berjejer rapi dan memanjakan mata kita, sementara di sepanjang jalan berjejer pohon-pohon indah. Di musim gugur dedaunannya menguning indah. Suasananya memang mengingatkan pada Paris. Kalau cocok, biasanya bisa dapat barang belanjaan di sini. Tapi bagi saya, tak banyak bedanya dengan berbagai barang merk di Jakarta.

Kuda di Old Town Praha

Bila bosan jalan di wilayah kota tua, coba jalan ke luar sedikit, misalnya ke daerah Karlin yang merupakan daerah pemukiman dan perkantoran warga Praha. Jalan di daerah Karlin dibuat berjejer dan rapi (grid lines). Namun tentunya kita harus berhati-hati bila berjalan di Praha. Masih adanya laporan tentang kriminalitas dan penipuan perlu menjadi perhatian kita, terutama kalau di malam hari yang sepi. Kita bisa juga berjalan-jalan ke luar kota Praha. Ada kota kecil yang merupakan heritage dari UNESCO, namanya Kutna Hora, yang berjarak satu jam menggunakan kereta. Saya sempat mengunjungi Kutna Hora di antara keluangan waktu. Kotanya indah dan layak dikunjungi. Kutna Hora merupakan kota yang di abad 13 pernah menjadi pusat perdagangan dan kemajuan ekonomi, karena basis industrinya adalah penambangan perak. Banyak bangunan bergaya arsitektur art nouveau, baroque, dan abad pertengahan, bertebaran di Kutna Hora. Pilihan lainnya adalah 3 jam perjalanan ke kota Cesky Krumlov. Kawan-kawan menyarankan ke sana, namun tentunya waktu yang sempit tidak memungkinkan.

Setiap orang memiliki kesan dan rasa yang berbeda dari tiap kota yang dikunjungi. Kunjungan singkat saya tentunya membawa banyak kenangan tentang Praha. Meski hanya berputar di beberapa tempat saja, banyak cerita yang bisa didapat. Sejarah panjang Praha menyimpan berbagai cerita, mulai dari kemenangan hingga kepedihan, tawa hingga kemuraman dan kesenduan. Kejayaan, kematian, dan air mata. Rasa itu terpantul dan saya rasakan dari aura bangunan-bangunan abad pertengahan yang ada di Praha. Rasa itu terbawa hingga saya pulang. Praha adalah sebuah cerita. END.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *