Tokyo Sky Tree, Tertinggi di Dunia

Dari kaki Tokyo Sky Tree / photo Junanto

Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi Tokyo Sky Tree, yang terletak di daerah Sumida, Tokyo. Ini adalah menara yang menurut saya sangat menarik. Bukan hanya karena merupakan menara tertinggi di dunia, namun hal mengagumkan adalah kehebatan Jepang yang berani mendirikan konstruksi pencakar langit di atas tanah yang rawan gempa bumi.

Awal Maret 2012, atau tepat setahun setelah gempa dan tsunami dengan magnitudo 9.0 menimpa Jepang, Tokyo Sky Tree selesai dibangun dan diresmikan.

Tokyo Sky Tree memiliki ketinggian 634 meter. Menara ini 34 meter lebih tinggi dari Menara Canton di Guangzhou China (yang sebelumnya adalah menara tertinggi di dunia), dan hampir lima kali lebih tinggi dari Monas di Jakarta (132 meter). Meski bangunan tertinggi di dunia masih tetap dipegang oleh Burj Khalifa di Dubai (829 meter), Tokyo Sky Tree tetap sebuah fenomena yang mampu menunjukkan keunggulan konstruksi Jepang.

Sebelum Tokyo Sky Tree selesai dibangun, ikon kota Tokyo adalah Tokyo Tower (332 meter), yang telah berdiri sejak tahun 1958. Namun, mulai 2012, Tokyo Tower dipensiunkan perannya sebagai menara komunikasi dan televisi kota Tokyo. Tokyo Tower tetap berdiri sebagai lokasi turisme, namun fungsinya akan diambil alih oleh Tokyo Sky Tree, termasuk sebagai pemancar TV digital.

Bagi Jepang, keberadaan menara Tokyo Sky Tree bukan sekedar menara komunikasi. Ia adalah simbol akan masih unggulnya tekhnologi Jepang, khususnya di bidang konstruksi di wilayah rawan bencana.

Sakura and Sky Tree / photo Junanto

Tiang penopang menara Sky Tree menggunakan tekhnik shinbashira, yang banyak digunakan pada arsitektur pagoda di Jepang. Tekhnik ini bisa menyerap guncangan gempa, dan mengurangi goyangan pada struktur bangunan. Dalam sejarah Jepang memang belum ada cerita bangunan pagoda yang rubuh karena gempa. Menara pagoda kayu tertinggi di Jepang, di Kuil Toji Kyoto (55 meter), bahkan tetap berdiri kokoh sejak tahun 1644, meski telah melalui beberapa kali gempa.

Berbagai tekhnologi anti gempa juga diterapkan di konstruksi Tokyo Sky Tree yang menurut pengembang bisa menyerap 50 persen guncangan. Gempa bumi di Tohoku 11 Maret 2011 menjadi bukti bahwa menara ini bisa bertahan dari guncangan gempa besar. Saat gempa tahun 2011, tidak ada kerusakan struktur yang signifikan di Sky Tree.

Dari sisi turisme, Tokyo Sky Tree adalah potensi yang luar biasa bagi kebangkitan sektor pariwisata di Jepang. Meski belum dibuka untuk umum, saya melihat banyak rombongan turis yang mulai mendatangi Sky Tree dan berfoto di sana. Karena kita belum bisa naik ke menara, kita bisa berfoto atau berkeliling di sekitar wilayah menara. Selain banyak terdapat restaurant, ada juga toko-suvenir di kaki menara, atau di sepanjang kanal yang merupakan salah satu atraksi wisata di sana.

Hal yang menarik dari wilayah sekitar Tokyo Sky Tree adalah munculnya “demam sky tree” di wilayah Sumida. Selain berbagai pernik yang dijual, aneka restoran di sana menawarkan menu dengan tema Sky Tree. Ada tempura sky tree, satu cawan nasi dihiasi udang besar yang disusun tinggi mirip menara. Ada juga spaghetti sky tree, dan tentu favorit saya, es krim sky tree, atau es krim parfait setinggi 63,4 cm yang disusun mirip pencahayaan sky tree.

Di sisi transportasi, untuk menuju Tokyo Sky Tree juga kini lebih mudah. Pihak pemilik Sky Tree, Tobu Railway, telah membuka stasiun baru yang bernama “Tokyo Sky Tree Station” di jalur Tobu, sehingga memudahkan pengunjung yang ingin datang dengan menggunakan kereta api. Lokasi Tokyo Sky Tree juga tak jauh dari Kuil Sensoji di Asakusa, sehingga kita bisa sekaligus mampir ke sana.

Tokyo Sky Tree dibuka untuk umum pada 22 Mei 2012. Tapi jangan harap kita bisa mendapatkan tiket untuk naik ke observatory dock dengan mudah. Tiket yang mulai dijual sejak Januari 2012 lalu, sudah habis terjual untuk enam bulan pertama. Sekitar 25 juta pengunjung diperkirakan akan datang mengunjungi Tokyo Sky Tree dalam setahun, atau hampir sama dengan jumlah pengunjung Disneyland.

Keuntungan ekonomi dari dibangunnya Tokyo Sky Tree juga bukan hanya dari sisi kunjungan ke lokasi, namun juga pada tingkat hunian hotel, merchandise, dan bangkitnya industri pariwisata Tokyo. Harian Nikkei memperkirakan nilai ekonomi dari berdirinya Tokyo Sky Tree pada ekonomi Jepang diperkirakan dapat mencapai 130 miliar Yen selama setahun.

Tokyo Sky Tree menyimpan harapan masyarakat Jepang akan bangkitnya perekonomian Jepang, yang saat ini masih lesu dan diwarnai resesi berkepanjangan.

Jadi, kalau mampir ke Tokyo, saya sarankan juga untuk datang dan mampir ke Tokyo Sky Tree. Sungguh menarik dan mampu menambah kekaguman kita pada ketekunan dan keunggulan tekhnologi Jepang. Semoga kita bisa belajar dari situ. Salam dari Tokyo.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *