Tak banyak film nasional yang mampu menembus bioskop-bioskop manca negara. Beberapa di antaranya mengikuti festival film internasional, namun mungkin tak semua dibeli oleh distributor film asing untuk diputar di negaranya. Oleh karena itu, kita patut bangga apabila ada film nasional yang bisa tayang di bioskop-bioskop negara lain.
Pekan lalu saya diundang oleh Jane dan Leila dari KBRI Tokyo untuk memenuhi undangan dari Kadokawa Pictures, salah satu produsen dan distributor film terbesar di Jepang. Kadokawa Pictures berdiri sejak tahun 1945 dan telah memproduksi berbagai film Jepang, serta mengimpor ribuan film asing untuk disaksikan oleh penonton di Jepang.
Kadokawa Pictures mengundang kami untuk menyaksikan screening atau pemutaran khusus film Indonesia “The Raid”. Rencananya film The Raid akan diputar di Jepang pada akhir Oktober 2012. Bukan hanya di Tokyo, namun juga di bioskop-bioskop kota besar lain seperti Osaka, Kyoto, dan Nagoya.
Saya bertemu dengan Takeo Kadera, General Manager Kadokawa Pictures, di Studio Kadokawa yang terletak di kawasan Chiyoda, Tokyo. Ia mengatakan bahwa selama tiga bulan ke depan, studionya akan mengundang berbagai pihak, terutama media, pengamat dan kritikus film, untuk menyaksikan pemutaran khusus film The Raid ini.
The Raid adalah film Indonesia pertama yang dibeli oleh Kadokawa Pictures untuk diputar di Jepang. Saat saya tanya mengapa ia membeli film ini, menurutnya film ini sangat menjanjikan dan penuh dengan adegan aksi yang luar biasa. Takeo-san melihat trailer film ini di Festival Film Cannes dan langsung jatuh hati. Tak sampai 10 menit, ia membeli film tersebut.
Setelah menyaksikan The Raid, Takeo-san melihat juga beberapa film Indonesia lainnya. Ia terus terang kaget dan kagum dengan banyaknya film Indonesia yang bermutu dan memiliki standar internasional. Apabila pemutaran The Raid ini meraih sukses, ia berencana untuk membeli film-film Indonesia lainnya. Ia telah memiliki beberapa list film yang akan dibelinya kemudian.
Pemutaran screening The Raid di Studio Kadokawa hari itu juga dipadati pengunjung. Kebanyakan mereka adalah media dan kritikus film. Padatnya pengunjung itu menunjukkan tingginya animo masyarakat Jepang. Menurut Takeo-san, umumnya screening film hanya dihadiri segelintir undangan. Tapi untuk The Raid ini justru membludak.
Liputan media di Jepang juga cukup agresif. Di berbagai blog dan media sosial Jepang, pendapat bermunculan yang menimbulkan rasa penasaran. Salah seorang kawan saya yang orang Jepang mengatakan rasa penasarannya, dan ingin segera menyaksikan The Raid begitu tayang di bioskop kota Tokyo.
Secara film, yang mungkin sudah banyak dibahas, The Raid bercerita mengenai penyergapan tim khusus polisi di sarang penjahat kelas kakap. Film ini, menurut saya, penuh adegan brutal dan kekerasan yang vulgar. Namun, adegan aksi martial arts-nya sangat indah dan menarik untuk ditonton para pecinta film laga.
Saat saya tanya apakah film aksi seperti The Raid ini sesuai dengan budaya Jepang yang keliatan kalem, Takeo-san mengatakan bahwa di Jepang justru ada komunitas pecinta film-film aksi dan laga. Ia optimis film ini akan meledak dan menjadi buah bibir masyarakat Jepang.
Semoga apa yang diharapkan Takeo-san itu menjadi kenyataan.
Industri film atau musik saat ini bukan hanya perkara tontonan dan dapat dianggap sepele. Di dunia global, film adalah bagian dari kekuatan “soft power, culture, and diplomacy” suatu bangsa. Banyak negara maju yang mengembangkan kekuatan film dan musik sebagai pilar perekonomian mereka. Bukan hanya soal nilai materi, tapi juga penyebaran budaya dan kreativitas suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas filmnya. Jepang dan Korea Selatan saat ini juga aktif menyebarkan “soft power” sebagai kekuatan ekonomi mereka.
Terlepas dari berbagai kontroversi dan pendapat mengenai film The Raid, kehadirannya di Jepang perlu kita beri apresiasi. Film ini telah membawa nama Indonesia dan menjadikannya buah bibir di penjuru kota Tokyo.
Mudah-mudahan akan lebih banyak lagi film Indonesia yang bisa diputar di Jepang dan tentu, di mancanegara. Sukses bagi para sineas dan film Indonesia.
Salam film nasional !